Siapa yang tidak mengenal Antartika? Gurun es di selatan bumi ini tak bisa dihuni oleh manusia. Namun makin ke sini, banyak wisatawan yang tertarik untuk melihat Antartika.
Ada apa ya? Hal ini berkaitan dengan pemanasan global yang terjadi. Suhu yang makin menghangat di sana bikin es di Antartika mulai mencair, sebagaimana dihimpun detikcom dari CNN, Selasa (10/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Suhu di Antartika saja saat ini sudah mencapai 15,5 derajat celsius. Di sana, suhu ini menjadi yang paling panas yang pernah dicatat manusia.
Banyak yang khawatir tentang nasib Antartika di masa depan. Tapi tak sedikit juga yang menjadikan ini alasan berwisata ke Antartika. Mumpung es belum mencair, mungkin begitu kata mereka.
Menurut data, kunjungan di tahun ini saja meningkat 40 persen dari tahun lalu. Ada sekitar 80 ribu wisatawan yang datang dari berbagai belahan dunia.
Turis terbanyak di tahun 2016-2017 adalah Amerika Serikat, sebanyak 14.566 orang. Posisi kedua ditempati oleh China sebanyak 5.286. Turis Australia menduduki peringkat ketiga dengan menyumbangkan 4.451 wisatawan.
Kegiatan yang biasanya dilakukan adalah menjelajahi Antartika. Spot seperti Half Moon island, Orne Harbur dan Chiriguano Bay adalah yang paling populer.
![]() |
Tak cuma pengalaman berjalan di gurun kering dunia, berenang dan melihat lelehan gletser juga banyak diincar turis. Kesempatan membeku di ujung selatan dunia yang mulai menghangat disebut sebagai pengalaman sekali seumur hidup.
Tak ada manusia yang bisa tahan di Antartika. Penghuni asli gurun es ini adalah penguin. Banyak wisatawan yang tak melewatkan kesempatan untuk berfoto bersama mereka.
Wisata ke Antartika sendiri bukan barang murah. Kisaran harganya sekitar Rp 113 juta dan Interpid Rp 156 juta dari Amerika Selatan. Wih!
Kembali ke alasan mumpung belum meleleh, apakah kamu salah satu yang ngebet ke sana?
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan