Maskapai itu pada Jumat (13/12/2019) kemarin mengatakan Airbus telah mengalahkan Boeing 777X-8 sebagai pesawat yang akan digunakan dalam penerbangan Project Sunrise, yaitu penerbangan komersial dengan rute terjauh dalam sejarah penerbangan. Qantas rencananya akan membeli 12 pesawat Airbus jika mereka tetap melanjutkan rencana penerbangan jarak jauh tersebut.
Airbus akan memasang tangki bahan bakar di pesawat A350-1000 untuk meningkatkan kemampuan terbang maksimal agar bisa menjalankan misi penerbangan Qantas tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga pesawat Airbus A350-1000 ini adalah USD 530 juta atau sekitar Rp 7,4 triliun. Namun kabarnya Qantas melakukan negoisasi sehingga bisa mendapatkan diskon hingga 50 persen sehingga untuk 12 pesawat, mereka dikenakan biaya USD 3 miliar atau sekitar Rp 42 triliun.
Maskapai Qantas pada awalnya akan menentukan apakah mereka akan melanjutkan atau tidak melanjutkan Project Sunrise pada akhir tahun ini. Tetapi pihaknya akan memperpanjang batas waktu sampai Maret 2020. Sementara itu, rute penerbangan kemungkinan akan dimulai pada paruh pertama 2023.
Sebelum bisa menjalankan rute terpanjang ini, Qantas harus mendapatkan persetujuan mengenai penerbangan 21 jam itu dari Civil Aviation Safety Authority Australia sebagai regulator. Qantas mengatakan kalau regulator telah memberi 'saran sementara' setelah mereka tidak melihat adanya masalah pada manajemen kelelahan pilot pada rute terbaru itu. Namun, kendala yang masih harus mereka hadapi adalah menemukan kesepakatan mengenai gaji pilot untuk Project Sunrise ini.
Hingga kini, maskapai yang telah menggunakan Airbus A350-1000 ke Australia adalah Cathay Pasific dan Qatar Airways.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan