Terhempas Tsunami, Vila di Pantai Anyer Ada yang Gulung Tikar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Terhempas Tsunami, Vila di Pantai Anyer Ada yang Gulung Tikar

Bahtiar Rifa'i - detikTravel
Sabtu, 21 Des 2019 14:20 WIB
Hotel di Anyer kesulitan membayar pajak (Foto: Bahtiar Rivai/detikcom)
Serang - Tsunami di Banten memberi efek yang begitu besar bagi pengusaha penginapan. Bahkan, sudah ada vila yang gulung tikar karena sepinya wisatawan.

Villa Stephanie di Jl Carita-Labuan, Pandeglang jadi salah satu penginapan yang paling parah terdampak tsunami Selat Sunda. Di penginapan ini, puluhan orang tewas akibat longsoran Anak Krakatau pada tahun lalu.

Pantauan detikcom di lokasi, saat ini penginapan tersebut ditutup dan tak ada jejak akivitas warga dan wisatawan. Sesekali orang hanya melintas dan mengabaikan vila yang terpampang spanduk besar bertuliskan 'DIJUAL CEPAT'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga setempat, Saita mengatakan, pariwisata di dekat Villa Stephanie sepi pengunjung. Pemilik menutup penginapan tersebut dan memasang spanduk dijual.

"Ia, itu sudah dijual sekarang, kalau hari-hari biasa sepi," kata Saita saat ditemui detikcom di Carita, Banten.

Vila gulung tikarVilla Stephanie gulung tikar (Foto: Bahtiar Rivai/detikcom)

Sepinya pengunjung yang berwisata juga membuat perhotelan di pesisir pantai harus merumahkan karyawan. Bahkan, ada yang kesulitan membayar listrik dan pajak ke pemerintah daerah, termasuk hotel berbintang, Marbella Anyer.

Yayan Juhendar, Food and Baverage Manajer Marbella Anyer menuturkan, pihaknya merumahkan sebagian karyawan setelah tsunami pada Februari sampai Juli 2019. Perusahaan menerapkan sistem kerja 15 hari dengan upah setengah.

Ini juga dialami sebagian besar hotel di sepanjang Anyer. Bahkan, ada yang merumahkan dan kemungkinan tak mempekerjakan karyawannya lagi.


"Setengah-setengah gantian kerja, 15 hari kerja. Karena nggak recovery, nggak ada uang, gaji setengah, kerja hanya setengah bulan," kata Yayan.

Karena okupansi sedikit, hotelnya juga sempat kesulitan membayar gaji karyawan, listrik, dan pajak. Manajemen pernah meminta keringanan pada pemerintah atas masalah ini termasuk soal pajak.

"Karena okupansi segini (sediki), makanya di sana ada tulisan pajak, karena buat gaji karyawan susah, paling setengah dulu, repot," tambahnya.

Aston Hotel Anyer juga sempat melakukan hal serupa. Begitu tsunami melanda pada Desember, 60 persen karyawan dirumahkan dengan perjanjian akan kembali bekerja saat situasi berjalan normal.

Akhirnya, pada Juni pihak hotel kembali mempekerjakan mereka. Namun, meski kondisi kembali normal dan okupansi telah stabil, penghasilan per tahun dirasa berkurang dibanding sebelum tsunami.

"Pasti ada perbedaan (pemasukan). Secara revenue belum, secara okupansi normal," papar Stephanie Ginta Syahputri, Seles Marketing Manager Aston.


(bri/msl)

Hide Ads