Semakin maju sebuah negara maka semakin ambisius pula pemerintahnya untuk memindahkan masyarakat di daerah rural menuju ke lokasi yang menurut mereka lebih baik untuk pengembangan ekonomi. Urbanisasi ini dilakukan dengan tujuan agar penduduk pedesaan dan pesisir punya kesempatan ekonomi yang sama dengan penduduk perkotaan.
Akan tetapi, pengamat juga mengingatkan, upaya pemerintah yang terlalu ambisius itu juga bisa jadi bumerang.
Setidaknya kondisi inilah yang sekarang sedang menimpa China. Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia itu gemar membangun daerah perkotaan dengan gedung-gedung pencakar langit, jalanan yang mulus, monumen mewah, taman luas serta apartemen yang siap menampung penduduk pendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, tak semua proyek ini berhasil. Sampai 2019 diprediksi ada 50 kota yang tak terurus bak kota hantu.Disebut kota hantu karena banyak bangunan-bangunan yang terbengkalai dalam masa konstruksi.
Fenomena kota hantu di China ini menarik perhatian masyarakat internasional, salah satunya Samuel Stevenson-Yang, fotografer yang mendokumentasikan hal tersebut.
"Semuanya aneh, semuanya tidak nyata. Tidak ada cara lain untuk menggambarkan sebuah kota yang dimaksudkan untuk ribuan orang yang benar-benar kosong," katanya dalam sebuah wawancara dengan ABC Australia.
![]() |
Salah satu daerah yang hendak disulap menjadi kota metropolitan namun gagal adalah Distrik Kangbashi. Awalnya wilayah ini didesain untuk menjadi distrik perkotaan yang ramai di Kota Ordos, Mongolia Dalam. Pembangunan kawasan ini menggunakan keuntungan dari industri batu bara.
Pembangunan di atas tanah seluah 90 ribu hektar ini terletak tepat di tepi Gurun Gobi. Pemerintah berangan-angan ingin membangun kota semewah Dubai dimana di sana ada alun-alun raksasa, pusat perbelanjaan yang luas, kompleks komersial, perumahan yang besar, dan gedung-gedung pemerintah yang menjulang tinggi.
Tujuan dibangunnya kawasan mewah ini adalah untuk menarik orang-orang dari Dongsheng yang lokasinya dekat dari sana untuk mau tinggal di sana dan juga untuk mengakomodasi 2 juta penduduk Ordos.
"Ini adalah tempat yang baik, dengan bangunan modern, grand plaza, dan banyak tempat wisata," kata Yang Xiaolong, seorang penjaga keamanan yang bekerja di salah satu gedung kantor Kangbashi yang baru, sebagaimana diwartakan All That Interesting yang mengutip South Morning China Post.
"Ketika ada lebih banyak orang dan bisnis, kota akan lebih hidup,"ujarnya.
![]() |
Baca juga: 'Kota Hantu' bak Negeri Dongeng |
Akan tetapi, distrik yang rencananya akan menjadi rumah bagi jutaan orang itu sekarang hanya dihuni kurang dari 100 ribu orang. Jumlah ini juga masih jauh dari target 300 ribu orang pada 2020.
Selain itu, gedung-gedung pencakar langit di Kangbashi dan gedung perumahan juga dibiarkan kosong. Senasib dengan kondisi jalanan di sana yang sepi.
Masalah lain yang meliputi proyek ini tak cuma sekadar bangunan mangkrak tetapi mengenai modal untuk membangun kota yang sebagian besar didanai oleh utang negara yang membengkak. Para ahli mengatakan, ini hanya tinggal menunggu waktu sampai jumlah utang itu akan meledak.
Hal ini diperkirakan akan berdampak pada melonjaknya harga properti. Harga properti yang mahal akan menjadi kendala bagi penduduk muda yang ingin membeli rumah di sana.
Kendati demikian, Kangbashi masih menyimpan secercah harapan untuk bisa bangkit di masa depan. Setidaknya hal itu diungkapkan seorang peneliti desain perkotaan bernama Carla Hajjar yang menjadikan Kangbashi sebagai studi kasus untuk disertasinya.
"Aku sangat terkejut karena di sana ada orang-orang," kata Carla ketika ia pertama kali datang ke Kangbashi sebagaimana diwartakan Forbes.
"Orang-orang itu sangat ramah dan menyambut saya, mereka tidak melihatmu sebagai orang asing."
Kunci agar kota itu kembali hidup adalah dengan dibangunnya lapangan pekerjaan dan transportasi yang berkualitas untuk menarik profesional muda, keluarga baru, dan penduduk yang ingin pensiun.
![]() |
Walaupun ada sekitar 50 kota hantu di China, ada pula kota-kota yang berhasil bangkit dari keterpurukan. Contohnya Zhengdong yang akhirnya kembali hidup usai pemerintah setempat membayar produsen telepon Taiwan untuk membuka pabrik di kota itu.
Pabrik itu menarik banyak orang yang mencari pekerjaan dan akhirnya mampu mempekerjakan 200 ribu orang. Hal ini membuat eksistensi Zhengdong melejit setelah sebelumnya tak ada tanda-tanda kehidupan di sana.
Kota lainnya yang sedang berusaha bangkit adalah Kota Baru Jingjin yang terletak sekitar 70 mil dari Beijing. Saat ini di sana berdiri beberapa toko kecil dan rumah liburan tetapi tetap kosong hampir sepanjang tahun. Untuk mengatasinya, sekarang sedang dibangun jalur kereta api berkecepatan tinggi yang akan melewati kota ini dan diharapkan dapat memulai revitalisasi.
Meskipun masih ada harapan, sejumlah pengamat mengatakan Pemerintah China harus tetap berhati-hati dalam menjalankan ambisinya. Selama China mengalami pertumbuhan ekonomi jangka panjang, masih ada peluang baik yang akan mengantarkan kota hantu China bangkit dari kematian.
(pin/krs)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan