Cegah Keausan, Tangga Candi Borobudur Akan Dilapisi Kayu Jati

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cegah Keausan, Tangga Candi Borobudur Akan Dilapisi Kayu Jati

Eko Susanto - detikTravel
Senin, 10 Feb 2020 20:15 WIB
Balai konservasi dan cagar budaya Candi Borobudur.
Candi Borobudur (Eko Susanto/detikcom)
Magelang -

Tangga naik menuju Candi Borobudur akan dilapisi dengan kayu jati. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah adanya keausan dari injakan kaki pengunjung yang banyak.

Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Tri Hartono mengatakan, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan BKB beberapa waktu lalu yang mengharuskan agar batu-batuan Candi Borobudur tidak aus karena diinjak-injak pengunjung. Kajian yang dilakukan pada tahun 2009 jumlah pengunjung sebanyak 2 juta menyebabkan batu aus 0,2 cm atau 2 milimeter.

"Kalau ini terus-terusan saja berarti dalam 10 tahun kan bisa 2 cm. Lha kemudian, kalau ternyata pengunjung di akhir tahun 2017, 2018, 2019, itu sudah mencapai 4 juta. Kita bisa bayangkan kalau 2 juta saja itu keausannya 0,2 cm, kalau sudah 4 juta bisa jadi 0,4 cm, kalau 10 tahun kan bisa 4 cm. Maka ini, suatu keharusan bagi kita agar segera menanggulangi permasalahan ini," kata Tri saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (10/2/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencananya semua tangga naik menuju Candi Borobudur tersebut akan dilapisi dengan kayu jati baik sisi barat, timur, selatan maupun utara. Selain di tangga naik, nanti pelapisan akan dilakukan juga di lapis atau galeri ke delapan.

"Ini nanti kalau kita jadi dapat dana super prioritas dari presiden untuk perlindungan tangga-tangga ini, maka tahun ini akan kita coba untuk masukkan anggaran itu. Nah, ini kita berharap semua tangga dari sisi barat, timur, selatan maupun utara akan kita beri, kemudian di lapis atau galeri yang kedelapan nanti juga akan diberi lapisan. Kemudian baru nanti pengunjung baru boleh masuk dari keempat sisi itu dan boleh berputar di tingkat kedelapan itu untuk bisa melihat Stupa Borobudur di lantai 9 dan 10," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) Borobudur, Bramantara menambahkan, alasan dipilih kayu jati karena sudah melalui beberapa riset. Hal ini juga mempertimbangkan aspek kenyamanan bagi pengunjung.

"Desain yang sudah kita buat melalui beberapa riset, yang pertama kan aspek kenyaman jelas, kemudian keamanan-keamanan bagi pengunjungnya. Kalau kita lihat sekarang kan derajat tangga Borobudur cukup curam. Jadi kalau kita pasang pelapis tangga itu sebenarnya ada beberapa hal yang bisa kita peroleh. Pertama, tentu suatu tangga tidak gesek karena tidak dipijak. Yang kedua, kita bisa mendesain derajat sudut tangga naik, jadi pengunjung tidak cukup terlalu curam," ujar Bramantara.

KepalaKoordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) Borobudur, Bramantara (Eko Susanto/detikcom)

"Terus kenapa kemudian kita pilih kayu jati, itu sebenarnya ada alternatif menggunakan kayu besi, namun populasi kayu besi terbatas dan penggunaannya juga sangat-sangat terbatas karena ketersediaan terbatas. Kemudian, yang kedua akhirnya menggunakan kayu jati. Kayu jati kan kelas kuat satu dan kelas awet satu dan ketersediaannya terutama di Jawa masih cukup, istilahnya. Kalau untuk digunakan untuk pelapisan tangga Candi Borobudur," ujar dia.

Menyinggung perihal ketebalan papan kayu jati itu, kata dia, ketebalannya sekitar 3 cm. Sedangkan untuk panjangnya menyesuaikan dengan rangkanya.

"Kemarin ketika percobaan riset yang sekitar 2014 dan 2015 itu pun, desain kita sudah kita anggap bahwa kuat ternyata memang luar biasa, jadi jumlah pengunjung Candi Borobudur kalau apalagi fix session memang sangat-sangat tidak terkontrol sekali. Asumsi kita bahwa ini bertahan sampai sekitar 6 bulan ternyata baru sekitar satu bulan desain kayu sudah hancur. Jadi memang didesain secara khusus untuk Candi Borobudur karena dengan lereng sudut yang seperti itu otomatis kalau pergerakan momen orang lain itu bijakannya menjadi lebih kuat, dari pada sudutnya yang tidak securam itu. Makanya, kontruksinya harus benar-benar kuat dan aman untuk pengunjung dan batunya sendiri," tutup Bramantara.




(rdy/rdy)

Hide Ads