Desa Wisata Borobudur Mau Dibangun Bak Macapat, Seperti Apa?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Desa Wisata Borobudur Mau Dibangun Bak Macapat, Seperti Apa?

Putu Intan - detikTravel
Selasa, 03 Mar 2020 20:45 WIB
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Candi Borobudur dikelilingi 20 desa wisata yang tergabung dalam Balkondes .Foto: (Dok. borobudurpark/Instagram)
Jakarta -

Sebagai salah satu destinasi super prioritas, Borobudur punya serdadu-serdadu berupa 20 desa wisata yang siap mendukung eksistensinya. Desa-desa wisata yang terletak di Magelang, Jawa Tengah itu tergabung dalam Balai Ekonomi Desa (Balkondes). Beberapa di antaranya adalah Desa Tanjungsari, Borobudur, Karangrejo, sampai Ngargogondo.

Sayangnya, menurut Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah, Sinung Nugroho Rachmadi, dari 20 desa itu, yang dikatakan berhasil hanya 5 desa.

"Dari 20 Balkondes yang ada di Magelang, cuma 5 yang sustain, yang 15 ya, kurang-kurang dikit lah. Bahkan ada yang hanya event saja. Event apa? Kalau ada Borobudur Marathon, kalau ada Festival Lampion, habis itu di sela-sela itu nggak ada," ujarnya saat ditemui detikcom di Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desa wisata sekitar Borobudur.Desa wisata sekitar Borobudur. Foto: (Dok. Balkondes)

Guna mendorong seluruh desa bisa terus maju, Sinung menjelaskan perlunya konektivitas antar desa. "Konektivitas itulah yang Balkondes harus menyatu menjadi bagian dari penataan manajemen desa wisata. Tiap Balkondes harus terkoneksi. Mulai Maret besok sudah kami dorong," kata Sinung.

ADVERTISEMENT

Selama ini Sinung memperhatikan bahwa desa-desa wisata di Jawa Tengah (Jateng) itu kerapkali meniru konsep dari desa lain yang telah sukses. Inilah yang akhirnya menjegal perkembangan desa wisata itu sendiri.

"Ketika satu desa itu punya potensi, harus tengok kiri-kanan, ada nggak yang punya potensi yang sama? Jangan-jangan sudah ada. Kalau sudah ada jangan dong (menjiplak). Karena kalau kita melakukan yang sama yang dilakukan tetangga kita, itu melakukan harakiri ekonomi, bunuh diri, mati semuanya karena pasar akan bosan," ia menerangkan.

Alih-alih membentuk desa wisata yang 'menjual' hal yang sama, Sinung justru mengharapkan setiap desa wisata baik di sekitar Borobudur maupun di Jateng untuk saling melengkapi. Ia mencontohkan, "kalau di sini (produksi) susu kambing, mestinya di (desa) sana keju, kemudian di sana brownis, jadi ada sesuatu yang sustainable," ujarnya.

"Mimpi kami membangun desa wisata di Jawa Tengah adalah membangun desa wisata berbasis bala desa, artinya terdiri dari beberapa supporting system. Satu dengan yang lain saling melengkapi. Tidak harus dekat, tapi terjangkau saja. Sehingga akan memberikan alternatif destinasi, alternatif support, yang itu satu dengan yang lain tidak merasa sebagai kompetitor," lanjutnya.

Desa wisata di Borobudur mau dibikin berkonsep tembang macapat.Desa wisata di Borobudur mau dibikin berkonsep tembang macapat. Foto: (Dok. Balkondes)

Selain itu, Sinung juga menjelaskan bahwa dalam mengembangkan desa wisata di Jateng itu tak bisa dilepaskan dari 3 faktor yakni faktor sosial, kultural, bahkan spiritual. Ia pun mengungkapkan bahwa pengembangan desa di Jateng dilakukan berdasarkan pada tembang macapat.

"Tembang macapat itu ada 11 tembang, mulai dari maskumambang tentang cikal bakal manusia lahir sampai pucung, pucung itu dipocong. Jadi manusia lahir sampai meninggal. Nah desa itu harus dibangun ke situ. Nanti kami akan membangun support system untuk desa wisata yang ada di Borobudur," ungkapnya.

Dalam budaya Jawa, macapat merupakan puisi bertembang. Terdapat 11 tembang dalam macapat yaitu maskumambang, mijil, sinom, kinanthi, asmaradana, gambuh, dhandanggula, durma, pangkur, megatruh, dan pucung. Kesebelas tembang macapat itu menggambarkan perjalanan kehidupan manusia.

Menurut Sinung, melalui penggambaran macapat sebagai fase perjalanan hidup manusia, desa wisata pun dapat dibangun dengan tujuan melengkapi pengalaman atau fase perjalanan wisatawan di desa tersebut. Inilah yang akhirnya akan membedakan desa wisata Jateng dengan desa wisata di daerah lainnya.

Hingga saat ini, telah terdapat 353 desa wisata dari target 500 desa wisata yang terbangun di masa pemerintahan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Setiap desa wisata yang maju akan diberikan dana Rp 1 miliar, untuk desa wisata yang berkembang diberi dana RP 500 juta, sementara yang baru muncul akan diberi Rp 100 juta.




(pin/ddn)

Hide Ads