Nekat Naik Pesawat Terakhir Demi Lamar Kekasih Beda Benua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nekat Naik Pesawat Terakhir Demi Lamar Kekasih Beda Benua

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Sabtu, 28 Mar 2020 06:31 WIB
Eihab Boraie, penerbangan Mesir-Kanada
Perjalanan panjang melamar kekasih di tengah pandemi Corona (Foto: Eihab Boraie/CNN)
Jakarta -

Ini adalah kisah seseorang yang berjuang melamar kekasihnya di tengah pandemi Corona. Ia naik pesawat terakhir melintasi benua.

Diberitakan CNN, Eihab Boraie, pria yang bertekad melamar kekasihnya itu saat wabah Corona itu, dilanda dilema. Dia diburu waktu untuk memutuskan tinggal di rumah atau menemui kekasihnya di Kanada.

Masalahnya, tidak ada tempat aman ketika virus Corona atau COVID-19 menyebar. Isolasi diri adalah yang terbaik tapi cinta bisa membuatmu melakukan hal-hal di luar nalar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudah begitu, dia harus bertarung dengan waktu karena tak sedikit negara yang memutuskan untuk menutup seluruh negeri. Caranya, dengan menyetop penerbangan untuk meredam kedatangan virus Corona.

Pria ini berpaspor Kanada-Mesir dan jatuh cinta dengan seorang wanita blasteran Italia-Amerika, Francesca Brundisini. Sang kekasih bekerja pada sebuah postdoc di Kota Quebec.

ADVERTISEMENT

Ketika berita pandemi menyebar di seluruh dunia, mereka berdua menyadari bahwa krisis ini akan berlangsung bukan hanya dalam hitungan pekan, namun bisa berjalan beberapa bulan. Terbang menemui kekasihnya agar ada banyak waktu seolah menjadi iming-iming manis di masa-masa sulit seperti ini.

Tapi, di sisi lain, Eihab tersiksa andai harus meninggalkan keluarga. Kedua orang tuanya berusia 60-an dan amat riskan jika mereka terpapar Corona. Apalai, mereka memiliki riwayat diabetes dan penyakit jantung.

Eihab tak ingin jauh dari orang tuanya di periode wabah Corona ini. Dia tahu betul konsekuensi andai terjadi apa-apa pada ibu dan ayahnya. Dia akan amat menyesal jika skenario etrburuk itu datang, dia tidak pernah melihat mereka lagi.

Dia pun mengajak bicara kedua orang tuanya. Hasilnya, orang tuanya menyarankan untuk mencari penerbangan, karena kasihan kekasihnya sendirian di Kanada.

Tapi, melakukan penerbangan di waktu ii bukanlah hal mudah. Eihab mesti berebut tempat duduk dengan penumpang lain.

Ya, Mesir mengumumkan bandara-bandaranya akan ditutup pada 19 Maret, satu-satunya tiket yang tersisa melejit harganya dari USD 700 menjadi lebih dari USD 3.000. Dia pun harus transit di negara yang sudah terjangkit Corona.

Ia memutuskan untuk memasukkan namanya di daftar tunggu EgyptAir untuk penerbangan langsung ke Toronto. Asumsinya adalah bisa pulang jika pemerintah Kanada mengirim pesawat untuk menjemput warganya yang terlantar.

Luar biasa. Beberapa jam sebelum penutupan bandara, ia menerima telepon yang menyatakan bahwa ia mendapatkan satu kursi di penerbangan terakhir ke Kanada.

Eihab lalu bergegas ke kantor EgyptAir di Distrik Korba, Kairo dan mendapatkan tiket. Ketika keluar pintu, ia melihat toko perhiasan masih buka dan bersyukur bahwa ia memang membutuhkannya.

Dalam perjalanan pulang, ia melihat angkatan militer Mesir muali disebar di seluruh kota, bersiap untuk dikerahkan. Kemungkinan jam malam akan diberlakukan dalam waktu dekat.

Berangkat ke bandara

Eihab tiba di bandara dan memeluk kedua orang tuanya, berharap itu bukan kali terakhir. Penuh dengan emosi memasuki terminal dan terpikir keruwetan orang-orang berjejal, sebaliknya ruangan itu kosong.

Sebelum pandemi Corona, Bandara Kairo telah ramai dikunjungi wisatawan dan mulai bangkit kembali setelah pergolakan politik dan pemberontakan di Mesir. Selama itu memang bandara terlihat kosong tapi ini berbeda dari sebelumnya.

Nekat Naik Pesawat Terakhir Demi Lamar Kekasih Beda BenuaBandara Kairo sebelum boarding (Foto: Eihab Boraie/CNN)

Pemeriksaan keamanan pertama ditiadakan. Ketika tiba di konter check-in, Eihab diberitahu bahwa ini adalah penerbangan terakhir ke Kanada.

Tidak ada pengecekan suhu dan tidak ada yang bertanya tentang gejala Corona. Itu berbeda bila kembali ke Mesir maka akan diperiksa di bandara.

Antrean menuju ke pesawat penuh sesak. Sebagian besar penumpang menggunakan masker dan mereka terlihat gugup.

Nekat Naik Pesawat Terakhir Demi Lamar Kekasih Beda BenuaKabin EgyptAir (Foto: Eihab Boraie/CNN)

Ini adalah penerbangan terpanjang dalam hidup Eihab. Ia duduk di samping seseorang yang menunjukkan gejala Corona.

Eihab terjepit di antara seorang ibu berusia 72 tahun dan putrinya yang berusia 38 tahun. Ia langsung menawarkan mereka pencuci tangan.

Sang ibu mengenakan masker dan tampaknya sedang pilek dan batuk. Sementara itu, anak perempuan yang duduk di kursi lorong tidak mengenakan masker dan mereka berdua juga berjuang mati-matian mendapat tiket pesawat ini.

Mereka menunggu jikalau ada kursi kosong di kantor maskapai. Benar, beberapa penumpang ditolak terbang karena mereka bukan warga Kanada.

Eihab selalu waspada ketika teman perjalanannya itu batuk. Ia bertanya apakah baik-baik saja dan si ibu anak menerangkan bahwa mereka baik-baik saja seraya meminta agar tak diadukan karena khawatir dikembalikan.

Mendarat di Toronto

Eihab tiba di Toronto dan berpikir bahwa bandara akan dipenuhi oleh orang-orang Kanada yang kembali dari seluruh dunia. Karena, Perdana Menteri Justin Trudeau baru-baru ini mendesak warganya di luar negeri untuk segera pulang.

Pikiranny salah, bandara itu sangat sepi seperti bandara di Kairo. Ketika kami turun dari pesawat, ada beberapa petugas keamanan yang membagikan pamflet yang mengingatkan orang untuk mengarantina diri selama dua minggu.

Nekat Naik Pesawat Terakhir Demi Lamar Kekasih Beda BenuaBandara Quebec (Foto: Eihab Boraie/CNN)

Di imigrasi, petugas bertanya dengan santai apakah kami memiliki gejala Corona. Tidak ada pemeriksaan suhu, mungkin sudah ada kamera tersembunyi yang melakukannya.

Tiada keramaian di jalur bea cukai, imigrasi, keamanan atau kesehatan, melainkan di kedai kopi. Begitu sampai di kasir, Eihab melihat karyawannya tak ada yang memakai masker.

Tiada pemeriksaan COVID-19 di bandara ini. Namun, jika ada yang merasa memiliki gejalanya maka akan diberi nomor telepon pihak yang menanganinya.

"Saya bekerja di sini selama SARS, tetapi bahkan kemudian, bandara tidak pernah separah ini," kata salah seorang penjaga keamanan bandara.

Penerbangan ke Kota Quebec hanya terisi setengah. Sebagian besar penumpang mengambil satu deret kursi untuk diri mereka sendiri.

Setibanya di sana, sekali lagi tidak ada proses penyaringan. Eihab telah melakukan perjalanan dari Kairo ke Kota Quebec selama pandemi Corona dan tak ada pemeriksaan dasar virus itu.

Pacar Eihab, Francesca tiba. Ia pun menyelinap di belakangnya, berlutut, dan melamar. Dia menerima lamaran Eihab. Mereka berdua lalu melepas masker dan meresmikannya dengan ciuman panjang.

Eihab lega, dia berkata 'ya' dan menegaskan kembali bahwa meskipun perjalanan itu berisiko, itu sepadan. Ia tidak dapat membayangkan apa yang akan dilakukannya jika sang kekasih menolak karena tidak ada jalan kembali ke Mesir.

Ciuman itu disadari mereka berdua bisa menjadi awal pertukaran virus. Mereka berencana menikah di Pulau Giglio, Italia setelah pandemi dinyatakan reda.


Hide Ads