Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak setuju bila kegiatan penerbangan di negaranya dihentikan. Menurutnya, maskapai dapat membantu mobilitas militer dan tenaga medis saat pandemi Corona.
"Kita membutuhkan penerbangan itu untuk keadaan darurat, untuk orang militer," kata Donald Trump dalam konferensi pers mengenai krisis, sebagaimana diwartakan USA Today.
"Kita membutuhkan penerbangan untuk tenaga medis dan saat ini ada sedikit sekali penerbangan," dia menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump mengakui bahwa sementara ini, sebagian besar penerbangan memang telah kosong. Salah satu alternatifnya adalah menggunakan pesawat pemerintah untuk mengangkut para pekerja di sektor penting agar dapat terbang antarkota.
Tanggapan Trump tersebut merupakan kelanjutan dari pernyataannya yang sebelumnya, dimana ia mengatakan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mengurangi penerbangan antara kota-kota yang terdampak Corona.
Sebelumnya, Senator Lindsey Graham mengangkat isu ini melalui akun Twitternya. Ia mengatakan masih menemukan sejumlah penerbangan langsung dari Detroit-New York, New Orleans-New York, dan New Orleans-Detroit. Ia kemudian mempertanyakan apakah itu masih pantas dilakukan di tengah penyebaran virus Corona saat ini.
Trump mengatakan pembatasan perjalanan domestik masih terus dipertimbangkan saat ini. Namun pernyataannya dalam konferensi pers pada Senin, merupakan pembenaran bahwa penerbangan akan tetap berjalan.
CEO Southwest Airlines, Gary Kelly, setuju dengan Trump. Kelly sering mendapatkan pertanyaan mengapa maskapainya masih terbang meskipun isi pesawat kosong. Kelly mengatakan bahwa maskapai tetap terbang karena masih ada orang yang perlu bepergian meskipun jumlahnya sedikit.
"Kita harus ada untuk mereka yang masih harus melakukan perjalanan untuk pekerjaan penting," katanya.
Saat ini Southwest Airlines bekerja untuk memobilisasi tenaga medis dan pasokan medis untuk memerangi pandemi Corona.
AS memberikan paket stimulus Corona bagi maskapai. Bantuan itu jumlahnya adalah USD 50 miliar (setara Rp 821 triliun).
Maskapai-maskapai itu diminta untuk mempertahankan jumlah layanan minimum pada jaringan rute yang dimiliki. Maskapai-maskapai ini memang telah secara dramatis mengurangi jumlah penerbangan karena jumlah penumpang yang sangat sedikit.
Menurut CEO Airlines for America, Nicholas Calio, pesawat terbang di AS hanya mampu mengisi 10-20 persen kursi penumpangnya. Selain itu, jadwal penerbangan juga telah berkurang sebanyak 80 persen.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol