Sektor pariwisata babak belur dihajar COVID-19, tak terkecuali para pelaku Lava Tour Merapi di Sleman yang ikut tiarap. Mereka pun harus memutar otak.
Itulah yang saat ini dirasakan oleh para driver jip Lava Tour Merapi. Pasalnya, selama ini sumber pendapatan utama mereka yakni dari kunjungan wisatawan. Tercatat, ada ribuan driver jip Merapi yang akhirnya banting setir.
"Yang terdampak ada 900-an armada jip. Kalau drivernya ribuan bisa sekitar 4.500 sampai 5.000," kata Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Timur, Bambang Sugeng kepada detikcom saat dihubungi, Kamis (16/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Aktivitas jip, kata Bambang, benar-benar berhenti sejak 23 Maret lalu. Selain wisatawan ke Merapi sudah tidak ada, juga telah disepakati oleh komunitas jip untuk berhenti dan mendukung social distancing.
Bambang menjelaskan, aktivitas jip wisata sudah lumpuh. Istilah Bambang, wisata tiarap.
"Berhenti sejak 23 Maret. Wisata sudah tiarap," katanya.
Akibat tidak beroperasinya jip, akhirnya para driver banting setir. Bambang menjelaskan, banyak yang pada akhirnya menjadi petani atau peternak.
"Mereka hampir mengikuti alur yang ada di desa. Ada yang ikut padat karya, tukang batu, ada yang mencari rumput sebagai peternak," ungkapnya.
Padahal saat banyak wisatawan, setiap harinya para driver tersebut bisa mendapatkan ratusan ribu dari mengantarkan wisatawan.
"Dulu, saat kondisi masih normal satu driver bisa mengantongi Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu tiap harinya," lanjutnya.
![]() |
Saat ini, semua jip terpaksa 'ngandang'. Keputusan ini diambil berdasarkan kesepakatan yang dilakukan oleh asosiasi bersama para komunitas.
"Sementara semua jip ngandang. Ada yang dipasang kapnya juga seperti semula. Yang ngandang sekitar 900-an. Sama sekali tidak boleh keluar berdasarkan kesepakatan," jelasnya.
Kondisi ini akhirnya dimanfaatkan sebagian driver untuk memperbiki armada. Jika lama tidak digunakan, jip yang mayoritas mesinnya sudah diganti Toyota Kijang ini akan ngadat. Dua hari sekali jip harus dipanasi.
"Ada yang memperbaiki, ada yang servis. Tapi entah kapan kita belum buka kembali. Kalau dijual belum terdengar jual jip. Mau jual juga nggak ada yang beli," kata dia.
Bambang mengatakan, tidak ada banyak pilihan bagi para driver selain bertahan dan berhemat. Bertani pun harga pertanian juga tak menentu. Beternak, harga ternak pun tengah turun hingga 25 persen.
"Petani ya turun. Ternak juga turun harganya. Ya berhemat dan bertahan sambil mencari alternatif," tutupnya.
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol