Antartika -
Beku, terpencil dan tak bersahabat, itulah Antartika. Meski terbiasa hidup terisolasi, namun pandemi Corona membuat peneliti makin tersiksa.
Antartika menjadi satu-satunya benua yang masih bebas dari pandemi Corona. Walau jauh dan sangat sulit di jangkau, tapi pencegahan Corona juga dilakukan di Antartika.
Sebelum ada pandemi Corona, para peneliti yang tinggal di Antartika terbiasa untuk selalu mencuci tangan. Karena ruang lingkup yang sempit membuat penyakit dapat menular lebih cepat.
Para peneliti juga biasa dengan tinggal di dalam pangkalan selama berminggu-minggu jika cuaca buruk. Sehingga mengisolasi diri bukanlah hal baru untuk mereka.
"Kamu dilatih untuk bisa hidup terisolasi, tapi hal ini (pandemi Corona) adalah kondisi yang berbeda. Kami terisolasi dalam isolasi," ujar Alejandro Valenzuela Pena, Gubernur Maritim Antartika Wilayah Chili dilansir dari Japan Times.
Yang membuat semua berbeda adalah tidak adanya kegiatan untuk menghabiskan waktu. Para peneliti dan awak pangkalan biasanya melakukan turnamen olahraga untuk melawan hawa dingin.
Pariwisata Antartika pun mulai digemari beberapa tahun belakangan. Namun karena adanya virus Corona di beberapa kapak pesiar, maka pemerintah memberlakukan pembatasan perjalan ke Antartika.
Tapi kini semua kegiatan tersebut harus dibatalkan. Tak ada kegiatan kunjungan dari berbagai negara.
Pangkalan pun harus ditutup. Pangkalan hanya boleh menampung peneliti, dan staf militer saja. Pelipur laranya hanya penguin, gajah laut dan dataran salju yang mencekam.
"Kapal telah berhenti pada awal Maret, kemudian dilanjutkan dengan penerbagan di akhir bulan. Sejak itu, kamu benar-benar terisolasi tanpa kontak," ungkapnya.
Penerbangan NSF (National Science Foundation) hanya dilakukan untuk membawa pulang anggota peneliti atau militer yang tak lagi dibutuhkan di sana.
Tak cuma pangkalan militer, toko-toko suvenir pun ditutup untuk mencegah penyebaran Corona. Sedihnya lagi, penelitian di Antartika harus terhenti sementara waktu.
"Virus Corona dapat berdampak serius terhadap kemajuan studi ilmiah. Karena akan ada implikasi di area selatan pada musim panas selanjutnya," Stephanie Short, kepala Infrastruktur dan Logistik Antartika NSF AS.
Argentina menjadi salah satu negara yang mengirimkan penelitinya ke Antartika. Ada sekitar 170 peneliti yang tersisa di sana.
Meski sedang diisolasi ketat, namun pengiriman pasokan barang tetap dilaksanakan oleh Argentina. Staf diberi pedoman perlindungan virus Corona sejak awal Februari.
"Kami selalu memelihara protokol kebersihan dan kesehatan masyarakat untuk memerangi penyakit di tempat-tempat yang dekat," tambahnya.
Peter Convey, seorang profesor di British Antartic Survey, memperingatkan gangguan pemantauan penting dari penanda perubahan iklim dan kesinambungan pengambilan sampel jangka panjang.
"Ini adalah sains yang sangat penting dan Anda membutuhkan orang-orang di lapangan untuk melakukan pengukuran hingga pemeliharaan peralatan. Jika kita tidak bisa melakukannya, maka semuanya sia-sia," ujar Convey.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol