Pemimpin adat mewaspadai eksploitasi besar-besaran kawasan tambang di hulu sungai sungai Amazon setelah pandemi virus Corona. Mereka meminta agar hal itu tak terjadi karena berdampak kepada perubahan iklim.
Seluruh dunia sedang tertatih-tatih melawan virus Corona. Tak terkecuali negara-negara di Amerika Selatan. Ekonomi banyak negara pun keok terimbas langsung setelah COVID-19 merajalela.
Setelah wabah melandai, diperkirakan seluruh negara akan melakukan apapun untuk mengembalikan kondisi finansial. Termasuk, menggenjot sektor pertambangan.
Dikutip Reuters dari video pada Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati pada Jumat (22/5/2020), masyarakat di Peru dan Ekuador memprediksi pemerintah bakal mengeksploitasi wilayah itu untuk menyalakan kembali ekonomi yang terhuyung-huyung karena virus Corona itu.
"Kami telah menjaga hutan hujan sepanjang hidup kami dan sekarang kami mengundang semua orang untuk berbagi dalam visi kami," Domingo Peas, seorang pemimpin Achuar di Ekuador.
"Kita perlu menemukan cara baru, setelah minyak, untuk pembangunan ekonomi, untuk kesejahteraan semua umat manusia, bukan hanya masyarakat adat," dia menambahkan.
Achuar adalah satu dari 20 suku asli, mewakili hampir 500.000 orang yang tinggal di hutan hujan yang membentang di perbatasan Peru-Ekuador. Area itu disebut sebagai Amazon Sacred Headwaters.
Dalam laporan kelompok advokasi internasional termasuk Amazon Watch dan Stand.earth yang diterbitkan pada bulan Desember menyebutkan blok-blok minyak dan gas yang ada di kawasan itu mencakup 280.000 mil persegi. Sekitar 7 persen minyak bumi diekstraksi dari blok ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekuador dan Peru memiliki rencana untuk mengeksploitasi setidaknya 40 persen tambahan, termasuk di hutan yang dipenuhi dengan satwa liar, seperti Taman Nasional Yasuno Ekuador. Hutan itu merupakan habitat jaguar, lumba-lumba sungai merah muda, anaconda, monyet melolong dan ribuan spesies lainnya.
Wilayah ini, di banyak daerah yang hampir tidak tersentuh oleh dunia modern, dinilai sebagai bagian integral hutan Amazon sebagai hutan hujan terbesar di dunia.
Selain itu, kekhawatiran juga datang dengan potensi perubahan hutan menajdi ladang karena tuntutan tanaman pangan dan kebutuhan ekspor.
Dengan kebakaran besar tahun lalu hingga terjadi deforestasi di Brasil, melestarikan hutan asli di bagian terpencil Peru dan Ekuador menjadi salah satu kesempatan untuk memelihara ketahanan bioma yang lebih luas.
"Merawat hutan Amazon, merawat hidup Anda dan generasi mendatang," kata Rosa Cerda, wakil presiden Konfederasi Kebangsaan Adat Amazon Ekuador.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!