Bali Berpotensi Tiru Travel Bubble Australia-Selandia Baru

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bali Berpotensi Tiru Travel Bubble Australia-Selandia Baru

Bonauli - detikTravel
Kamis, 28 Mei 2020 20:30 WIB
Turis China yang datang ke Bali
Ilustrasi turis di Bali (Thinkstock)
Jakarta -

Travel bubble sedang jadi pembahasan hangat di dunia pariwisata global. Indonesia pun berminat dengan hal itu.

"Kami sedang me-review hal tersebut," ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama dalam press conference secara live di YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (28/5/2020).

Travel Bubble adalah green zone, yakni zona antar negara yang diyakini telah mengendalikan penyebaran Corona. Australia dan Selandia Baru menjadi dua negara yang sedang merencanakan hal ini. Rencananya bulan September nanti kedua negara itu akan mengimplementasikannya, jadi warga kedua negara itu bisa bebas melancong namun tetap mendapat perlindungan dari virus Corona.

Menurut Wishnutama, travel bubble mungkin dilakukan jika suatu daerah tersebut mengalami penurunan jumlah kasus positif dan penanganan yang baik selama wabah Corona.



"Bali jadi salah satu provinsi yang sangat baik penanganannya. Bali bisa menjadi potensi," ungkapnya.

Menparekraf juga mengatakan bahwa hal tersebut harus sesuai dengan data dari gugus tugas. Pembukaan daerah wisata pun harus dilakukan dengan bertahap dan disiplin. "Kita harus berkoordinasi dengan kepada daerah masing-masing. Karena hal ini penting dalam melakukan protokol kesehatan," sambungnya.

"Kita harus kompetitif di era New Normal. Semua harus kita persiapkan dengan matang," pungkas Wishnutama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya Wishnutama mengisyaratkan masyarakat harus beradaptasi dengan kondisi saat ini dimana segala kegiatan dilakukan dengan berpedoman pada protokol kesehatan. New normal ini juga berlaku pada industri pariwisata, salah satu sektor yang mendapatkan hantaman paling berat dari COVID-19.

"Yang lebih penting lagi, perlu pertimbangan yang cermat, terutama tentang bagaimana membuat sektor ini (pariwisata) lebih inklusif, ulet, dan yang terpenting, berkelanjutan," katanya.




(bnl/ddn)

Hide Ads