Raja Ampat yang selama ini digandrungi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara rupanya sejak awal didesain menjadi wisata ekologis atau ecotourism. Penetapan ini terkait dengan kondisi Raja Ampat yang memiliki kekayaan baik di laut maupun di darat.
"Kami memiliki rencana induk untuk pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Di dalam rencana induk itu, visi kita jelas, kita ingin mewujudkan Raja Ampat sebagai destinasi pariwisata ekologis yang mendunia berbasis konservasi alam dan pelestarian budaya bahari serta mampu menjadi penggerak ekonomi lokal," kata Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat, Yusdi Lamatenggo dalam webinar, Rabu (10/6/2020).
Dalam kesempatan itu, Yusdi juga menegaskan bahwa sejak awal Raja Ampat sebenarnya tidak didesain sebagai pariwisata untuk jumlah pengunjung besar (mass tourism) melainkan destinasi wisata ekslusif atau mengutamakan pariwisata berkualitas (quality tourism).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mencapai tujuan tersebut, dinas pariwisata bersama dengan ahli dari NGO dan perguruan tinggi telah menyusun buku berjudul Daya Dukung Pariwisata Berkelanjutan Raja Ampat. Dalam buku itu sudah diatur mengenai berbagai pembatasan wisata, termasuk jumlah maksimum wisatawan yang boleh masuk ke lokasi wisata.
Baca juga: Salawati, Spot Tersembunyi di Raja Ampat |
Selain itu, saat ini dinas pariwisata juga membangun Raja Ampat Mooring System yang akan mengatur alur pelayaran terbatas di Raja Ampat.
"Ini dibuat karena beberapa tahun belakangan di Raja Ampat terjadi beberapa kasus kapal yang kandas, kapal menabrak karang dan sebagainya sehingga ini menjadi concern kita bersama. Kita memasang mooring di perairan Raja Ampat dan membuat alur-alur pelayaran sehingga kapal itu aman belayar di laut dan tidak terjadi kasus lain," ujar Yusdi.
Kemudian, Yusdi juga menjelaskan bahwa saat ini Raja Ampat sedang berusaha mengatasi sampah plastik di laut melalui kampanye Travel Without Plastic, yaitu menggunakan tumbler di lingkungan wisata.
Tak kalah penting juga, pemerintah berusaha merangkul masyarakat lokal dengan melestarikan budaya Sasi Laut. Sasi Laut merupakan larangan mengambil hasil laut pada waktu tertentu.
"Ini kami mengangkat kearifan-kearifan lokal masyarakat khususnya untuk pengolahan sumber daya alam baik di darat maupun di laut. Ini implikasinya luar biasa besar terutama untuk merangsang atau meningkatkan budaya konservasi untuk masyarakat adat," kata Yusdi.
Dalam mewujudkan wisata ekologis ini, Yusdi juga menyampaikan upaya pelestarian ikan pari manta yang hidup di perairan Raja Ampat. Salah satunya dengan membatasi aktivitas pariwisata di Manta Sandy yang merupakan lokasi penyelaman favorit di Raja Ampat. Selain itu juga akan dilakukan pengawasan pada aktivitas wisata di sana.
Tak cuma fokus di wilayah perairan, Raja Ampat juga akan membenahi wisata darat yang berupa hutan. Di sana juga diatur mengenai tata cara melihat burung yang menjadi satwa endemik Raja Ampat.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!