Cerita Riyanni Djangkaru dari Bali: Wisata dan Sampah Plastiknya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Riyanni Djangkaru dari Bali: Wisata dan Sampah Plastiknya

Putu Intan - detikTravel
Sabtu, 27 Jun 2020 16:10 WIB
Riyanni Djangkaru
Riyanni Djangkaru yang aktif dalam aksi penyelamatan hiu (detikFoto)
Jakarta -

Travel influencer yang mantan pembawa acara Jejak Petualang, Riyanni Djangkaru, menetap di Bali. Dia membagikan kondisi wisata di Pulau Dewata terkini, juga mengeluhkan penggunaan plastik kemasan.

Riyanni memang menjadi jarang nongol di televisi saat ini, namun dia kerap membagikan momen traveling melalui media sosial. Riyanni juga aktif sebagai pegiat isu lingkungan.

Beberapa waktu lalu, detikcom berkesempatan untuk berbincang dengan Riyanni lewat sambungan telepon. Ia menceritakan tentang kondisi Bali sebagai salah satu destinasi wisata Indonesia yang saat ini terhantam pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kondisi saya baik-baik saja sejauh ini. Teman-teman di Bali juga cukup serius menanggapi ini (pandemi) karena 80 persen masyarakat Bali kan bergantung pada pariwisata," kata Riyanni.

"Bule-bule bandel masih ada. Mungkin mereka punya pandangan sendiri ya. Tapi sudah mulai ada peningkatan rasa hormatnya terhadap kesepakatan yang sudah jadi aturan bersama ini," ujar perempuan yang sudah menetap di Bali tiga tahun terakhir itu.

ADVERTISEMENT

Kendati sempat mati suri, Riyanni bilang, pariwisata Bali mulai menggeliat. Beberapa pantai dan restoran sudah membuka pintu untuk turis sedangkan masyarakat beraktivitas dengan sejumlah adaptasi COVID-19.

"Beberapa akses pantai di Sanur masih dibuka untuk orang lokal. Jadi, kita masih bisa makan di restoran pinggir pantai, dengan restorannya sudah pakai standar di era baru ini," ujarnya.

"Di Bali banyak banget yang main sepeda. Temanku membentuk kelompok, membuat social bubble-nya mereka, jadi sekian orang mereka traveling. Atau suamiku juga bersepeda 70 kilometer, 100 kilometer, sampai 150 kilometer. Sementara, aku cukup 10 kilometer saja tapi lumayan lah masih bisa keluar walaupun nggak mau sering-sering juga," ia bercerita.

Adanya COVID-19 ini berdampak besar bagi Riyanni. Selain ruang geraknya menjadi terbatas, ia juga menyoroti gaya hidup selama pandemi yang berpotensi merusak lingkungan, yaitu meningkatnya penggunaan plastik.

"Kita harus sadar terhadap gaya hidup yang kita jalani sekarang. Kemarin pas aku mau take away makanan di sebuah restoran, biasanya dia sediakan minuman refill di gelas. Tiba-tiba dia kasih aku botol atau air minum dalam kemasan soalnya anjurannya harus dalam kemasan. Lalu aku tanya, berarti penggunaan plastiknya naik dong? Iya buat bungkus ini, bungkus ini, karena kalau pakai kardus mahal," katanya.

Riyanni pun menyarankan agar orang-orang untuk membawa tumbler atau tempat makan sendiri saat ingin take away. Langkah itu dapat membantu menyelamatkan lingkungan dari lonjakan sampah plastik selama pandemi virus Corona.

Selain itu, Riyanni juga menyoroti meningkatnya sampah medis seperti dari masker bekas yang digunakan orang-orang. Dari pengamatannya, masih banyak orang yang menggunakan masker medis 3 ply alih-alih masker kain yang dapat dicuci dan digunakan ulang.

"Itu sampah medis yang membeludak di lingkungan perumahan, itu kan juga jadi isu lain lagi. Jadi, aku rasa kita harus mulai mempertimbangkan hal seperti itu (menggunakan masker yang sekali pakai)," kata dia.

Jumlah wisatawan di Bali merosot tajam sejam pandemi virus Corona. Sebelum wabah, wisatawan asing yang datang ke Bali bisa mencapai 14.000 orang per hari. Selama pandemi tersisa sekitar 7.000 orang per hari.




(pin/fem)

Hide Ads