Baru-baru ini World Animal Protection mengunggah video kompilasi yang memperlihatkan penyiksaan yang dialami gajah saat berada dalam pelatihan sebelum dijadikan objek hiburan wisata. Gajah-gajah yang diketahui berasal dari Thailand itu diculik dari alam liar sejak kecil kecil dan dipaksa untuk menuruti kemauan manusia.
Dalam video itu terlihat praktik 'pelatihan' menggunakan bullhook yaitu alat yang terbuat dari logam lalu ditusukkan di area sensitif dan penggunaan rantai untuk menahan gajah.
Terlihat pula 8 gajah muda yang diambil secara paksa dari ibunya. Mereka lalu diikat pada kayu sambil dipukul berulang kali. Mereka juga berjalan dengan kondisi terikat di sepanjang jalan raya yang sibuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Daily Mail, Jumat (26/6/2020) gajah-gajah muda ini mengalami trauma fisik dan psikologi saat mereka melakukan pukulan keras. Penyiksaan itu membuat kondisi mereka rentan dan ketakutan. Apalagi mereka tak bisa mendapatkan kenyamanan dari ibu mereka.
Pada video lain juga terlihat gajah yang dirantai di pohon meratap kesakitan. Karena tak kuat, ia akhirnya jatuh.
![]() |
Gajah lainnya dilatih untuk berdiri dengan kedua kaki belakangnya namun dengan pemaksaan. Kedua kaki depannya diikat sehinga mau tak mau ia harus bisa berdiri hanya dengan dua kaki saja.
Penyiksaan pada gajah tak berhenti pada saat mereka dilatih. Saat sudah berada di kawasan wisata, mereka masih mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi.
Hal itu dialami tiga gajah kurus yang dipaksa menari dengan bertumpu pada kaki belakang mereka di depan kerumunan wisatawan. Sementara itu seekor gajah lainnya tampak kesakitan ketika mengangkat seorang turis dengan belalainya.
Mirisnya lagi, ada seekor bayi gajah yang ketakutan saat dirantai di tiang kayu dan dipaksa untuk memutar hoola hoop menggunakan belalainya.
Melihat kondisi tersebut, organisasi kesejahteraan hewan global mengimbau pada seluruh wisatawan untuk menghindari tempat wisata gajah yang menawarkan interaksi langsung seperti di Thailand dan Bali setelah pandemi COVID-19.
"Pariwisata telah terhenti tetapi akan bangkit kembali dan ini menjadi kesempatan yang ideal untuk menciptakan masa depan yang bertanggung jawab dan tangguh untuk hewan liar," kata Ben Pearson, Kepala Kampanye World Animal Protection New Zealand.
Lebih lanjut Pearson juga meminta industri pariwisata untuk berhenti memperbudak gajah dan satwa-satwa lainnya untuk tujuan hiburan.
"Kami menyerukan industri pariwisata untuk merevisi kebijakan satwa liar mereka dan berhenti menawarkan pengalaman eksploitatif kepada pelanggan mereka," ujarnya.
"Menunggang gajah dan interaksi lainnya, seperti pertunjukan dan memandikan, mendukung kekejaman terhadap satwa yang akut. Kami ingin mengekspos penderitaan gajah yang sebenarnya. Mereka bertahan seumur hidup hanya agar traveler memiliki pengalaman liburan yang disebut pengalaman sekali seumur hidup," imbuhnya.
Alih-alih mempertontonkan gajah di depan umum, industri pariwisata bisa menawarkan paket wisata yang lebih ramah seperti mengamati gajah di habitat asllinya. Opsi ini dianggap paling ideal untuk gajah, wisatawan, dan masyarakat setempat.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!