"Ada 2, yang pagi tentang Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) yang sore tentang DAK (Dana Alokasi Khusus). Dua-duanya terkait dengan RAPBN 2017," kata Menpar Arief Yahya pasa awak media di Gedung Sapta Pesona, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (10/5/2016) malam.
Inti dari pertemuan itu adalah, Arief ingin menjelaskan betapa pentingnya sektor pariwisata untuk menjadi penghasil devisa bagi negara. Walaupun kini pariwisata masih di bawah migas, batu bara dan minyak kelapa sawit, ke depan pariwisata akan jadi yang nomor satu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief kemudian menjelaskan, devisa migas turun dari USD 30 miliar ke USD 18 miliar. Batu bara dari USD 20 miliar ke USD 16 miliar. Kelapa sawit dari USD 17 miliar ke USD 15 miliar. Sedangkan pariwisata, naik dari USD 11 miliar ke USD 12 miliar.
"Perlu anggaran 2 persen dari devisa yang diproyeksikan. Kalau mau devisa USD 10 miliar, maka 2 persennya yaitu USD 200 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun," terang Arief.
Maka dari itu, anggaran yang diberikan pemerintah pada sektor pariwisata harus naik tiap tahun. Hal tersebut demi terwujudnya pulaa devisa yang terus naik tiap tahun. Anggaran tersebut, nantinya akan dipakai untuk lebih menggencarkan lagi promosi dan pengembangan destinasi pariwisata Indonesia.
"Cara mudah dan murah untuk menghasilkan devisa adalah pariwisata. Pariwisata akan jadi penghasil devisa terbesar di tahun 2019," tutup Arief. (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol