Ini Cerita Raja Ampat di Mata Seorang Guide

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Cerita Raja Ampat di Mata Seorang Guide

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Senin, 15 Mei 2017 07:30 WIB
Ini Cerita Raja Ampat di Mata Seorang Guide
Foto: Husein Kelderak (Masaul/detikTravel)
Waisai - Perkembangan pariwisata Raja Ampat melesat jauh dari masa ke masa. Dulu, kurang lebih sekitar dua windu, belum ada yang melirik bisnis wisata di sana.

Husein Kelderak (39) adalah seorang aktivis yang sekarang beralih menjadi guide lokal. Pria asli Maluku ini sudah 20 tahun tinggal di Raja Ampat. Dia rajin mengedukasi warga soal illegal fishing yang merusak alam.

Husein melihat perubahan Raja Ampat dari masa ke masa. Dari cuma mengandalkan hasil ikan di laut, sampai akhirnya warga mencari penghidupan dari pariwisata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat detikTravel berada di Raja Ampat pekan lalu, Husein banyak bercerita soal perubahan Raja Ampat. Berikut kisahnya:

1. Serunya jadi pemandu di Raja Ampat

Foto: Bonauli/detikTravel)
"Awal mulanya saya jadi aktivis lingkungan. Sampai tahun 2013 jadi karyawan lepas dan kemudian merangkap jadi guide," kata Husein beberapa waktu lalu di Pantai Waiwo, Raja Ampat.

Lanjut dia, kebanyak turis yang ditangani berasal dari dalam negeri, namun tak sedikit pula berasal dari luar negeri. Rerata tujuan para turis adalah untuk diving snorkeling, sampai hiking melihat burung cendrawasih.

"Turnya kadang ke Wayag, Pianemo, dan Kabui. Saya yang atur tur mereka. Kalau pun ada yang bermacam-macam senangnya dalam satu kelompok, maka kita bagi perharinya fokus tur di mananya," ucap Husein.

Dikatakan Husein pada bulan-bulan dari akhir November sampai Mei adalah saat ramainya wisatawan ke Raja Ampat. Ia pun merekomendasikan jika traveler ingin kesana sebaiknya mengambil di bulan Desember, karena cuaca laut yang cenderung tenang.

2. Menjaga alam Raja Ampat VS turis nakal

Foto: Randy/detikTravel
Suka duka menjadi guide menjadi makanan sehari-harinya. Mulai dari pelanggan yang nggak nurut dan malah mengacaukan perjalanan mereka sendiri.

Selama ini, semua perjalanan yang dikomandoi Husein berjalan dengan lancar. Sikap disiplin berlaku di sini, karena sebelum dimulai harus di-briefing terlebih dahulu.

Risiko sekecil apapun harus dihindari. Perilaku seperti tidak boleh mengambil, merusak, dan apapun yang dilarang harus dilakukan.

"Mereka menuruti semua. Larangannya seperti, saat snorkeling dapat karang bagus jangan ada yang mengambil. Pas trekking enggak boleh ambil apapun, walaupun hanya setangkai bunga," tegas dia.

Pernah ada kejadian, saat itu pelanggan yang dibawanya berburu burung. Karena tidak menghiraukan larangannya dan nekat melanjutkan aktivitasnya, Husein langsung melapor ke pihak terkait.

"Kalau kalian nggak menjaga, silakan angkat kaki dari sini," ucap dia menirukan peringatan kepada pelnggannya kala itu.

3. Liburan ke Raja Ampat yang (masih) mahal

Foto: Sukma Indah Permana
Biaya plesir ke Raja Ampat memang terbilang mahal dibanding jika pergi ke luar negeri seperti, Singapura atau Malaysia. Pertama kali masuk, traveler harus membayar tiket masuk kawasan dengan harga Rp 500 ribu per orang dan berlaku selama 1 tahun dengan jangka waktu bulan Desember adalah bulan terakhirnya.

Traveler yang ingin pergi ke bagian timur Indonesia ini paling tidak harus menyiapkan uang sebesar Rp 12 juta per orangnya. Semakin banyak rombongan traveler maka semakin murah ongkosnya. Mahalnya liburan ke Raja Ampat disebabkan jarak destinasi wisata dari kota kabupaten terbilang cukup jauh.

Semisal, dari Kota Waisai menuju Pianemo perlu perjalanan dengan speedboat sekitar 2 jam. Sudah pasti membutuhkan BBM yang tak sedikit untuk sampai ke sana.

"Biasanya keliling Teluk Kabui itu Rp 4 juta dan Rp 5 juta kalau sampai Pianemo. Itu harga perspeedboat dan bisa diisi minimal 2 orang sampai 10 orang. Itupun bisa dinego ditambah sampai mereka puas," kata Husein.

"Harga tergantung BBM ya, kalau ke Pianemo itu kan bisa menghabiskan sekitar 200 liter bensin. Untuk yang lebih jauh, seperti ke Wayag sendiri dikenakan tarif Rp 11 juta per speedboatnya," kata dia.

Mahal murahnya perjalanan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya mesin kapal. Semakin besar mesinnya maka semakin mahal biayanya.

Adapun hal lain yang menyebabkan mahalnya jasa perjalanan ini, kata dia memang pada dasarnya semua harga di Raja Ampat mahal. BBM mahal, makanan dan terlebih apalagi dalam pariwisata.

"Dulu itu ke Pianemo Rp 7 juta dan sekarang menjadi Rp 5 juta karena harga BBM kan sudah merata se Indonesia. Kadang sudah diturunkan harga tapi pelanggan masih bilang mahal," ujar Husein.

Biaya yang dikeluarkan itu sudah termasuk alat-alat snorkeling. Kalau pun traveler menginap di hotel, biasanya sudah menjadi satu paket perjalanan.

"Kalau harga segitu dibilang mahal, pantas tidak untuk pengalaman yang ditawarkan?" tanya dia.

4. Warga Raja Ampat yang tercerahkan

Foto: Masaul/detikTravel
Raja Ampat pernah mengalami masa kelam. Masyarakat yang pendidikannya rendah dibodohi orang asing untuk melakukan illegal fishing. Namun kini mereka sudah tercerahkan, bahwa pariwisata lebih menghasilkan uang dari pada mengeksploitasi ikan.

Kini, surga Indonesia itu berbenah. Bagi Husein sendiri menginginkan dukungan penuh pemerintah untuk menjaga keberlangsungan Raja Ampat agar bisa dinikmati sampai pada anak cucunya.

"Saya mengakui pada dulunya masyarakat terlena dengan uang yang mudah dan hasil laut dikeruk. Tapi tidak memikirkan masa depannya. Kini, kami telah sadar dan ingin mengembangkan pariwisata sebagai andalan ekonomi, dengan contoh memasak masakan lokal untuk wisatawan yang datang," urai Husein.

"Tak hanya itu, saya ingin hasil laut yang melimpah di sekitar Raja ampat dapat dimaksimalkan warga setempat dan jangan malah melupakannya," pungkas dia.
Halaman 2 dari 5
"Awal mulanya saya jadi aktivis lingkungan. Sampai tahun 2013 jadi karyawan lepas dan kemudian merangkap jadi guide," kata Husein beberapa waktu lalu di Pantai Waiwo, Raja Ampat.

Lanjut dia, kebanyak turis yang ditangani berasal dari dalam negeri, namun tak sedikit pula berasal dari luar negeri. Rerata tujuan para turis adalah untuk diving snorkeling, sampai hiking melihat burung cendrawasih.

"Turnya kadang ke Wayag, Pianemo, dan Kabui. Saya yang atur tur mereka. Kalau pun ada yang bermacam-macam senangnya dalam satu kelompok, maka kita bagi perharinya fokus tur di mananya," ucap Husein.

Dikatakan Husein pada bulan-bulan dari akhir November sampai Mei adalah saat ramainya wisatawan ke Raja Ampat. Ia pun merekomendasikan jika traveler ingin kesana sebaiknya mengambil di bulan Desember, karena cuaca laut yang cenderung tenang.

Suka duka menjadi guide menjadi makanan sehari-harinya. Mulai dari pelanggan yang nggak nurut dan malah mengacaukan perjalanan mereka sendiri.

Selama ini, semua perjalanan yang dikomandoi Husein berjalan dengan lancar. Sikap disiplin berlaku di sini, karena sebelum dimulai harus di-briefing terlebih dahulu.

Risiko sekecil apapun harus dihindari. Perilaku seperti tidak boleh mengambil, merusak, dan apapun yang dilarang harus dilakukan.

"Mereka menuruti semua. Larangannya seperti, saat snorkeling dapat karang bagus jangan ada yang mengambil. Pas trekking enggak boleh ambil apapun, walaupun hanya setangkai bunga," tegas dia.

Pernah ada kejadian, saat itu pelanggan yang dibawanya berburu burung. Karena tidak menghiraukan larangannya dan nekat melanjutkan aktivitasnya, Husein langsung melapor ke pihak terkait.

"Kalau kalian nggak menjaga, silakan angkat kaki dari sini," ucap dia menirukan peringatan kepada pelnggannya kala itu.

Biaya plesir ke Raja Ampat memang terbilang mahal dibanding jika pergi ke luar negeri seperti, Singapura atau Malaysia. Pertama kali masuk, traveler harus membayar tiket masuk kawasan dengan harga Rp 500 ribu per orang dan berlaku selama 1 tahun dengan jangka waktu bulan Desember adalah bulan terakhirnya.

Traveler yang ingin pergi ke bagian timur Indonesia ini paling tidak harus menyiapkan uang sebesar Rp 12 juta per orangnya. Semakin banyak rombongan traveler maka semakin murah ongkosnya. Mahalnya liburan ke Raja Ampat disebabkan jarak destinasi wisata dari kota kabupaten terbilang cukup jauh.

Semisal, dari Kota Waisai menuju Pianemo perlu perjalanan dengan speedboat sekitar 2 jam. Sudah pasti membutuhkan BBM yang tak sedikit untuk sampai ke sana.

"Biasanya keliling Teluk Kabui itu Rp 4 juta dan Rp 5 juta kalau sampai Pianemo. Itu harga perspeedboat dan bisa diisi minimal 2 orang sampai 10 orang. Itupun bisa dinego ditambah sampai mereka puas," kata Husein.

"Harga tergantung BBM ya, kalau ke Pianemo itu kan bisa menghabiskan sekitar 200 liter bensin. Untuk yang lebih jauh, seperti ke Wayag sendiri dikenakan tarif Rp 11 juta per speedboatnya," kata dia.

Mahal murahnya perjalanan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya mesin kapal. Semakin besar mesinnya maka semakin mahal biayanya.

Adapun hal lain yang menyebabkan mahalnya jasa perjalanan ini, kata dia memang pada dasarnya semua harga di Raja Ampat mahal. BBM mahal, makanan dan terlebih apalagi dalam pariwisata.

"Dulu itu ke Pianemo Rp 7 juta dan sekarang menjadi Rp 5 juta karena harga BBM kan sudah merata se Indonesia. Kadang sudah diturunkan harga tapi pelanggan masih bilang mahal," ujar Husein.

Biaya yang dikeluarkan itu sudah termasuk alat-alat snorkeling. Kalau pun traveler menginap di hotel, biasanya sudah menjadi satu paket perjalanan.

"Kalau harga segitu dibilang mahal, pantas tidak untuk pengalaman yang ditawarkan?" tanya dia.

Raja Ampat pernah mengalami masa kelam. Masyarakat yang pendidikannya rendah dibodohi orang asing untuk melakukan illegal fishing. Namun kini mereka sudah tercerahkan, bahwa pariwisata lebih menghasilkan uang dari pada mengeksploitasi ikan.

Kini, surga Indonesia itu berbenah. Bagi Husein sendiri menginginkan dukungan penuh pemerintah untuk menjaga keberlangsungan Raja Ampat agar bisa dinikmati sampai pada anak cucunya.

"Saya mengakui pada dulunya masyarakat terlena dengan uang yang mudah dan hasil laut dikeruk. Tapi tidak memikirkan masa depannya. Kini, kami telah sadar dan ingin mengembangkan pariwisata sebagai andalan ekonomi, dengan contoh memasak masakan lokal untuk wisatawan yang datang," urai Husein.

"Tak hanya itu, saya ingin hasil laut yang melimpah di sekitar Raja ampat dapat dimaksimalkan warga setempat dan jangan malah melupakannya," pungkas dia.

(msl/fay)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads