Hal tersebut disampaikan Wamen Parekraf, Sapta Nirwandar setelah penutupan The 1st OIC International Forum on Islamic Tourism 2014 yang mengambil tema "Islamic Tourism: The Prospects and Challenges" di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (3/6/2014). Sapta menuturkan wisata syariah sejatinya adalah universal yang bisa dinikmati siapa saja.
"Wisata syariah itu tidak hanya untuk turis muslim. Ini perspektif yang keliru," ujarnya.
Sapta menjelaskan, salah satu contoh bentuk wisata syariah adalah pengadaan musala di restoran. Selain soal ibadah, ada segi keuntungan yang didapat dari restoran tersebut.
"Begini ada restoran seafood yang terkenal di Jakarta yang dimiliki oleh orang yang non-muslim. Tapi, dia membangun musala untuk orang muslim beribadah. Lalu, orang-orang yang salat di sana yang awalnya tidak niat makan, malah niat makan," papar Sapta.
Itu artinya, wisata syariah dapat menunjang peningkatan pengunjung atau konsumen bagi suatu hotel atau restoran. Di lain sisi, turis pemeluk agama lain tidak akan terganggu dengan adanya wisata syariah.
"Beberapa McD di Melbourne, itu sudah ada yang punya menu halal. Turis muslim yang awalnya takut mau makan malah jadi makan. Toh, di lain sisi turis lainnya tidak terganggu dengan adanya menu halal kan?" tutup Sapta.
(ptr/ptr)
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Hotel di Mataram Kaget Disurati LMKN, Ditagih Royalti Musik dari TV di Kamar