DetikTravel bersama rombongan Familiarization Trip to Jambi hari ini berkesempatan untuk mengunjungi situs candi tertua di Indonesia itu.
Berlokasi di Kabupaten Muaro Jambi, Kecamatan Muaro Sebo, komplek ini berada 2 kilometer sebelah timut laut Kota Jambi. Kalau menggunakan jalur darat bisa melewati Jembatan Batanghari II yang dapat ditempuh selama 30 menit. Adapun kalau lewat jalur sungai Batanghari bisa ditempuh dalam waktu dua jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap situs candi punya bentuk yang beda-beda karena pengaruh sejarahnya dan saat ditemukan juga diekskavasi sudah beda-beda juga ," ujar guide lokal senior di Jambi, Mochtar Hadi alias Borjo, di lokasi komplek situs Candi Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kamis (12/11/2014).
Borjo menjelaskan situs komplek Muara Candi ini punya sejarah panjang. Dia menceritakan kalau area ini latar belakang sejarahnya adalah tempat pusat pendidikan Agama Budha sejak abad 7. Berdasarkan catatan biksu Tiongkok It-Sing, mulai abad itu, kata Borjo, banyak siswa dan biksu dari India, Tibet, dan Tiongkok untuk belajar di Candi Muara.
"Ini kan sejarah Melayu kuno sebenarnya. Catatan It Sing kalau abad ke 7, dia sudah melihat ribuan siswa yang belajar tata bahasa sanskereta. Ini jadi komplek pendidikan dari biksu, Tibet, Tiongkok dan India. Biksu-biksu yang sudah mendapatkan ilmu dari Muara Jambi menyebarkan ilmunya ke negaranya," sebut pria bertubuh kurus itu.
Β Dia menjelaskan juga kalau keberadaban Komplek Muara Candi mulai terhapus karena musibah banjir bandang yang terjadi pada akhir abad 15. Setelah bencana ini, datang lagi wabah penyakit kolera yang menyerang masyarakat setempat termasuk biksu.
Akibat dua bencana ini membuat generasi masyarakat saat itu terputus. Mulai awal 16, masyarakat Melayu generasi berbeda menjadi penghuni area yang saat ini menjangkau lima desa itu.
"Akhir abad 15 banjir bandang itu pemutus keberadaban orang-orang Budha yang biksu-biksu habis. Nah, habis banjir bandang itu datang wabah kolera. Yang selamat jadinya kena penyakit ini," kata Borjo.
Dari peninggalan bersejarah situs ini, disimpan pula beberapa bukti benda peninggalan seperti arca, pecahan keramik Tiongkok, hingga dwarapala (patung penjaga candi) yang berasal dari Candi Gumpung. Ada juga belangga perunggu yang merupakan peninggalan dari Candi Astano. Semua barang ini tersimpan rapih di rumah penyimpanan yang jaraknya 100 meter dari Candi Gumpung.
Meski demikian, bagi pelancong yang ingin mengunjungi area bersejarah ini perlu memperhatikan mitos yang dipercaya masyarakat sekitar. Menurut Borjo, mitos yang masih diyakini adalah saat mengunjungi lokasi sejarah ini tidak boleh membawa kekasih atau istri.
"Ya itu mitosnya, percaya atau enggak percaya tapi benaran kejadian. Barusan suami istri dari daerah yang datang ke sini cerai. Kalau yang pacaran habis dari sini biasanya putus," sebutnya dengan seraya tertawa.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan