Candi Muara Jambi, Situs Sejarah Termahsyur Peninggalan Sriwijaya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Candi Muara Jambi, Situs Sejarah Termahsyur Peninggalan Sriwijaya

- detikTravel
Kamis, 13 Nov 2014 17:25 WIB
Candi Muara Jambi (Hardani/detikTravel)
Jambi - Komplek Candi Muara Jambi menjadi situs paling bersejarah yang berada di Provinsi Jambi. Area komplek yang punya kaitan erat dengan Kerajaan Sriwijaya ini punya 8 dari 82 situs candi yang sudah diekskavasi. Yuk, tengok!

DetikTravel bersama rombongan Familiarization Trip to Jambi hari ini berkesempatan untuk mengunjungi situs candi tertua di Indonesia itu.

Berlokasi di Kabupaten Muaro Jambi, Kecamatan Muaro Sebo, komplek ini berada 2 kilometer sebelah timut laut Kota Jambi. Kalau menggunakan jalur darat bisa melewati Jembatan Batanghari II yang dapat ditempuh selama 30 menit. Adapun kalau lewat jalur sungai Batanghari bisa ditempuh dalam waktu dua jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Delapan situs yang sudah diekskapasi di dalam komplek seluas 3.981 hektar ini adalah Candi Astono, Candi Tinggi, Candi Tinggi Satu, Candi Gumpung, Candi Kembar Batu, Candi Gedong Satu, Gedong dua, dan Candi Kedaton. Bentuk delapan situs candi ini punya letak lokasi yang berjauhan. Bentuk candi pun punya perbedaan yang beragam.

"Setiap situs candi punya bentuk yang beda-beda karena pengaruh sejarahnya dan saat ditemukan juga diekskavasi sudah beda-beda juga ," ujar guide lokal senior di Jambi, Mochtar Hadi alias Borjo, di lokasi komplek situs Candi Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kamis (12/11/2014).

Borjo menjelaskan situs komplek Muara Candi ini punya sejarah panjang. Dia menceritakan kalau area ini latar belakang sejarahnya adalah tempat pusat pendidikan Agama Budha sejak abad 7. Berdasarkan catatan biksu Tiongkok It-Sing, mulai abad itu, kata Borjo, banyak siswa dan biksu dari India, Tibet, dan Tiongkok untuk belajar di Candi Muara.

"Ini kan sejarah Melayu kuno sebenarnya. Catatan It Sing kalau abad ke 7, dia sudah melihat ribuan siswa yang belajar tata bahasa sanskereta. Ini jadi komplek pendidikan dari biksu, Tibet, Tiongkok dan India. Biksu-biksu yang sudah mendapatkan ilmu dari Muara Jambi menyebarkan ilmunya ke negaranya," sebut pria bertubuh kurus itu.

Β Dia menjelaskan juga kalau keberadaban Komplek Muara Candi mulai terhapus karena musibah banjir bandang yang terjadi pada akhir abad 15. Setelah bencana ini, datang lagi wabah penyakit kolera yang menyerang masyarakat setempat termasuk biksu.

Akibat dua bencana ini membuat generasi masyarakat saat itu terputus. Mulai awal 16, masyarakat Melayu generasi berbeda menjadi penghuni area yang saat ini menjangkau lima desa itu.

"Akhir abad 15 banjir bandang itu pemutus keberadaban orang-orang Budha yang biksu-biksu habis. Nah, habis banjir bandang itu datang wabah kolera. Yang selamat jadinya kena penyakit ini," kata Borjo.

Dari peninggalan bersejarah situs ini, disimpan pula beberapa bukti benda peninggalan seperti arca, pecahan keramik Tiongkok, hingga dwarapala (patung penjaga candi) yang berasal dari Candi Gumpung. Ada juga belangga perunggu yang merupakan peninggalan dari Candi Astano. Semua barang ini tersimpan rapih di rumah penyimpanan yang jaraknya 100 meter dari Candi Gumpung.

Meski demikian, bagi pelancong yang ingin mengunjungi area bersejarah ini perlu memperhatikan mitos yang dipercaya masyarakat sekitar. Menurut Borjo, mitos yang masih diyakini adalah saat mengunjungi lokasi sejarah ini tidak boleh membawa kekasih atau istri.

"Ya itu mitosnya, percaya atau enggak percaya tapi benaran kejadian. Barusan suami istri dari daerah yang datang ke sini cerai. Kalau yang pacaran habis dari sini biasanya putus," sebutnya dengan seraya tertawa.

(aff/aff)

Hide Ads