Beijing -
Salah satu alasan orang melakukan traveling, adalah ingin mencicipi kuliner yang khas di suatu tempat. Tapi ingat, tak semua kuliner rasanya bisa menggoyang lidah. Berikut 7 serangga yang justru jadi kuliner ekstrem di beberapa negara. Berani coba?
Masalah berani tidak berani, itu jadi urusan Anda. Namun yang pasti, jangan kaget kalau menemukan serangga yang mungkin tidak jadi makanan di negara Anda, justru jadi camilan di beberapa negara lainnya.
Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Senin (1/12/2014) berikut 7 serangga yang jadi kuliner ekstrem di dunia bagian pertama:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Rayap di Amerika Latin dan Afrika
(Reuters)
|
Hampir di kawasan Amerika Latin dan Afrika, rayap menjadi camilan favorit. Caranya adalah dengan dimakan mentah-mentah yang katanya rasanya seperti melahap wortel. Tapi, ada juga yang dimakan dengan cara digoreng atau dibakar. Usut punya usut, konon rayap dipercaya mengandung protein, zat besi, kalsium dan asam amino.
2. Ulat Sagu di Selandia Baru
(Afif/detikTravel)
|
Ulat sagu adalah camilan kesukaan suku Maori di Selandia Baru. Mereka pun memakannya langsung mentah-mentah dengan cara dikunyah. Ulat sagu bisa didapat dari kayu-kayu yang sudah lapuk di dalam hutan.
Tapi tak hanya di Selandia Baru, camilan ulat sagu juga bisa Anda cicipi di Papua dan Jailolo, Halmahera Barat. Kalau di Papua, tepatnya ada di kawasan pesisir pantai dan jadi camilan favorit suku Kamoro di Timika.
3. Ulat Mapone di Zimbabwe
(Youtube)
|
Ulat mapone bisa ditemukan di pohon mapone di Zimbabwe. Sekilas, ulat ini seperti ulat bulu yang punya beragam warna. Membayangkannya saja, mungkin Anda sudah merasa gatal.
Tapi siapa sangka, ulat mapone malah jadi makanan favorit di Zimbabwe. Caranya, isi bagian dalam ulatnya akan dikeluarkan lebih dulu dan keumdian dijemur. Ini agar menghasilkan rasa yang gurih. Setelah itu, selanjutnya akan digoreng dan disajikan dengan saus. Menurt masyarakat Zimbabwe, rasanya seperti kripik kentang. Mau?
4. Tarantula di Kamboja
(Astrid Hoviani/d'Traveler)
|
Jika biasanya kebanyakan orang takut melihat tarantula, maka berbeda dengan orang-orang di Kamboja. Di sana, tarantula malah menjadi kuliner bernama tarantula goreng!
Tarantula di Kamboja dimasak dengan cara digoreng dengan gula, garam dan bawang putih. Warnanya hitam dan bentuknya masih jelas. Saat digigit, kebanyakan turis merasa seperti memakan udang yang rasanya garing dan gurih.
Mengapa orang-orang Kamboja memakan tarantula? Pada Pada tahun 1970-an saat masa pemerintahan Khmer Merah, masyarakat Kamboja menderita kelaparan parah. Ketika itulah, mereka memakan apa saja demi menyambung hidup, termasuk memakan tarantula. Itu, masih terbawa hingga sekarang dan malah jadi kuliner ekstrem yang jadi daya tarik turis di Kamboja.
Hampir di kawasan Amerika Latin dan Afrika, rayap menjadi camilan favorit. Caranya adalah dengan dimakan mentah-mentah yang katanya rasanya seperti melahap wortel. Tapi, ada juga yang dimakan dengan cara digoreng atau dibakar. Usut punya usut, konon rayap dipercaya mengandung protein, zat besi, kalsium dan asam amino.
Ulat sagu adalah camilan kesukaan suku Maori di Selandia Baru. Mereka pun memakannya langsung mentah-mentah dengan cara dikunyah. Ulat sagu bisa didapat dari kayu-kayu yang sudah lapuk di dalam hutan.
Tapi tak hanya di Selandia Baru, camilan ulat sagu juga bisa Anda cicipi di Papua dan Jailolo, Halmahera Barat. Kalau di Papua, tepatnya ada di kawasan pesisir pantai dan jadi camilan favorit suku Kamoro di Timika.
Ulat mapone bisa ditemukan di pohon mapone di Zimbabwe. Sekilas, ulat ini seperti ulat bulu yang punya beragam warna. Membayangkannya saja, mungkin Anda sudah merasa gatal.
Tapi siapa sangka, ulat mapone malah jadi makanan favorit di Zimbabwe. Caranya, isi bagian dalam ulatnya akan dikeluarkan lebih dulu dan keumdian dijemur. Ini agar menghasilkan rasa yang gurih. Setelah itu, selanjutnya akan digoreng dan disajikan dengan saus. Menurt masyarakat Zimbabwe, rasanya seperti kripik kentang. Mau?
Jika biasanya kebanyakan orang takut melihat tarantula, maka berbeda dengan orang-orang di Kamboja. Di sana, tarantula malah menjadi kuliner bernama tarantula goreng!
Tarantula di Kamboja dimasak dengan cara digoreng dengan gula, garam dan bawang putih. Warnanya hitam dan bentuknya masih jelas. Saat digigit, kebanyakan turis merasa seperti memakan udang yang rasanya garing dan gurih.
Mengapa orang-orang Kamboja memakan tarantula? Pada Pada tahun 1970-an saat masa pemerintahan Khmer Merah, masyarakat Kamboja menderita kelaparan parah. Ketika itulah, mereka memakan apa saja demi menyambung hidup, termasuk memakan tarantula. Itu, masih terbawa hingga sekarang dan malah jadi kuliner ekstrem yang jadi daya tarik turis di Kamboja.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!