Responsible traveler, traveler yang bertanggung jawab. Belakangan istilah ini marak digaungkan menyusul banyaknya kejadian turis nakal di berbagai belahan dunia dalam 5 tahun terakhir. Beritanya muncul di berbagai media massa dan beberapa malah viral di social media.
Menjadi wisatawan yang bertanggung jawab, artinya respek dengan budaya sekitar, ikut menjaga objek wisata dengan sikap dan perilaku yang mendukung. Sebabnya, banyak sekali turis yang bersikap sebaliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vandalisme objek wisata, berupa tindakan corat-coret, terjadi baik di Indonesia dan luar negeri. Nah, kalau yang dicorat-coret adalah objek wisata berusia ribuan tahun, terbayangkah berapa juta nilai kerugiannya.
Perilaku serampangan juga bikin warga lokal kesal bahkan sampai bisa mengundang polisi datang. Apalagi jika perilaku yang terkait perbuatan asusila. Ada turis yang nekat bugil di tempat wisata atau bercinta di tempat sepi di kawasan wisata. Waduh, benar-benar deh!
Yang terakhir adalah masalah respek terhadap warga lokal serta adat istiadat setempat. Banyak juga berita soal turis menendang lonceng doa, berfoto bersama patung Buddha dengan pose mesum atau pipis sembarangan di kawasan suci. Tentu hal itu bisa menyakiti hati warga setempat bukan.
Traveling adalah kesempatan bagi seseorang berkenalan dengan budaya lain, orang-orang baru, dan menambah pengalaman hidupnya. Seharusnya, hal itu membuat kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan tahu diri, bukan sebaliknya. Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
(fay/fay)












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
Wisata Guci di Tegal Diterjang Banjir Bandang, Kolam Air Panas sampai Hilang!