Solusi Anak Muda untuk Konflik Sosial: Traveling Saja!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

#dNewGeneration

Solusi Anak Muda untuk Konflik Sosial: Traveling Saja!

Fitraya Ramadhanny - detikTravel
Jumat, 19 Jun 2015 16:33 WIB
Mahesa bersama seorang gadis Spanyol (Mahesa/d'Traveler)
Jakarta - Perbedaan SARA punya potensi menimbulkan gesekan sosial hanya karena prasangka yang salah. Solusinya ternyata gampang, traveling saja ke daerah yang asing. Dengan begitu, mata kita akan terbuka dalam melihat perbedaan.

Itulah yang dilakukan Mahesa Krishna (29). Pegawai BUMN ini pernah menghabiskan waktu 1,5 tahun untuk menjelajah 11 negara di Eropa. Berada di negeri orang, sendirian dan minoritas, Mahesa tahu bagaimana rasanya menjadi objek prasangka hanya karena perbedaan budaya.

"Kita sering berpraduga atas satu hal, padahal kenyataannya nggak begitu. Traveling itu bermanfaat, membuat sikap toleransi dan pengertian saya semakin lebar. Kenapa orang berbeda, kenapa berprasangka, semua itu ada dasarnya," kata Krishna dalam obrolan dengan detikTravel, Jumat (19/6/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahesa pada 2012-2013 kuliah S2 di Barcelona, Spanyol. Sambil kuliah, dia menyempatkan diri traveling ke 11 negara dari Spanyol, Portugal, Italia, Vatikan, Prancis, Jerman, Belgia, Belanda, Norwegia, Ceko dan Hungaria. Dalam pengembaraannya yang sendirian itu, dia lebih memilih bergaul dengan masyarakat lokal yang ditemuinya di perjalanan.

"Saya solo traveling karena ingin punya teman lokal. Spontan saja, nongkrong sore, nonton sepakbola ikut saja. Semua orang itu sebenarnya sama, bahasanya saja yang berbeda. Orang Italia juga suka ngaret seperti di Indonesia, ngobrolin cewek, masalah mertua, sama saja obrolannya," kata dia.

Menurut Mahesa semakin sering traveling, semakin kita bisa menerima perbedaan di dalam masyarakat dengan lebih baik. Gesekan sosial dan prasangka yang menghinggapi sebagian masyarakat di Indonesia misalnya, menurut Mahesa bisa diselesaikan dengan cara traveling dan saling mengunjungi satu sama lain.

"Benar lho, traveling itu membuka wawasan, membuka fleksibilitas kita terhadap pandangan yang berbeda. Belum tentu itu salah, biasanya dasar pemikirannya kenapa gitu. Orang Ceko misalnya, mereka nggak suka kalau kita ngomong soal masa lalu di depan mereka, karena dulu mereka jadi korban invasi perang," jelasnya.

Sepulang dari Barcelona, Mahesa bergabung menjadi travel blogger detikTravel yang disebut d'Traveler. Tidak kurang, sebanyak 16 cerita perjalanan dan 15 artikel foto ditulisnya untuk berbagi pengalaman. Apa sih yang paling menarik?

"Ikut festival perang tomat La Tomatina di Bunol. Berangkat dari Barcelona jam 4 pagi pakai bus yang disediakan panitia. Daftarnya online 6 bulan sebelumnya. Itu seru banget, pasti kotor kena tomat!" ujar Mahesa penuh semangat.

Lantas apa pesan Mahesa untuk sesama traveler muda? Menurut dia, masa muda adalah saatnya bertualang. Bahkan banyak kesempatan untuk traveling gratis dan bahkan dibayar!

"Banyak lho anak muda yang traveling gratis ke luar negeri ikutan program kayak situs workaway.info. Jadi pelatih bahasa Inggris. Ke Selandia Baru kerja memerah susu kambing. Kayak begitu bisa tuh sambil traveling," ujar Mahesa memberi saran.

(fay/fay)

Hide Ads