Senin 31 Agustus 2015 menandai akhir dari Ekspedisi Jurnalis ke Cartensz 2015. Dari Timika, tim bersiap pulang ke Jakarta. Beribu syukur diucapkan, sambil mengingat rahasia penting dari Carstensz.
"Selamat kepada tim jurnalis yang sampai di Puncak Carstensz. Ini sejarah, karena pertama kali jurnalis mendaki Puncak Carstensz lewat jalur Sugapa-Ugimba. Jalur yang berat tapi indah," ujar Direktur Adventure Carstensz, Maximus Tipagau lewat sambungan telepon kepada tim jurnalis di Hotel Grand Tembaga.
Petualangan panjang itu tuntas di hari ke-17. Ribuan kata syukur tak henti-hentinya tim jurnalis ucapkan kepada Sang Maha Kuasa. Sekaligus, rasa terimakasih kepada segenap pihak yang mendukung Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015. Dari mulai Kemenko Maritim, Kemenpar, Yayasan Somatua, Adventure Carstensz hingga masyarakat Desa Sugapa dan Ugimba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian Ugimba-Tambua-Basecamp Danau-danau yang menghabiskan waktu 6 hari perjalanan. Kami menembus jantung Papua yang hanya dihuni oleh satwa dan pepohonan tanpa manusia. Setiap hari berjalan dari pukul 07.00 WIT dan beristirahat pukul 17.00 WIT.
Indah, keren, cantik, eksotis dan menakjubkan, itulah kata-kata yang keluar dari mulut tiap tim jurnalis dan pendaki sepanjang perjalanan. Kami benar-benar membuktikan apa kata penyanyi Edo Kondologit, "Papua, surga kecil jatuh ke Bumi'.
Hutan hujan tropis, padang savana, hutan purba, sungai, danau, tebing-tebing tinggi sampai es abadi, itulah lanskap alam yang kami lihat selama ekspedisi ini. Lengkap bukan?
Hingga akhirnya, kami berhasil berdiri di Puncak Carstensz, puncak tertinggi di Indonesia. Kami mengucapkan asma Allah di ketinggian 4.884 mdpl dan mengibarkan bendera Merah Putih. Sulit sekali untuk melukiskan perasaan tersebut dengan kata-kata. Kaki yang sempat tidak bisa menekuk, sesak nafas, muntah-muntah dan aneka hantaman fisik lainnya dibayar tunai malah lebih!
Bagi saya sendiri, pendakian ke Puncak Carstensz merupakan kali kedua pengalaman mendaki gunung setelah Gunung Ijen. Dengan berbekal tekad kuat kekuatan menahan rasa sakit dan nekat, saya yang cuma setitik buih pengalamannya dibanding pendaki lain bisa berhasil menyentuh Puncak Carstensz
Terimakasih Hendricus Mutter, Adeshir Yaftebbi dan Arif Faturohman para instruktur Wanadri selaku pemandu tim jurnalis. Tanpa mereka bertiga, tim jurnalis tidak akan bisa menyelesaikan misinya. Mereka bertiga jugalah yang tetap membuat kami membumi dengan membagi sebuah rahasia penting tentang Carstensz.
"Kalau sudah ke Puncak Carstensz, apakah artinya hebat? Tidak. Masih banyak orang-orang di luar sana yang lebih hebat. Di Carstensz kita bukan menaklukan gunung atau puncak, tapi kita menaklukan diri kita sendiri. Selamat semuanya!" tutur Adeshir.
Berakhirnya perjalanan ekspedisi ke Puncak Carstensz, bukan berarti berakhir pula mimpi-mimpi kami. Entah suatu hari nanti, tim jurnalis ini bisa jadi kembali bersama dan melanjutkan ekspedisi-ekspedisi lainnya. Satu Seven Summit sudah, itu artinya tinggal 6 lagi. Amin!
(rdy/Aditya Fajar Indrawan)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol