Mereka yang Mencoba Akomodasi Non Hotel di Jepang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hati-Hati Menginap di Jepang

Mereka yang Mencoba Akomodasi Non Hotel di Jepang

Sri Anindiati Nursastri - detikTravel
Senin, 16 Nov 2015 17:50 WIB
Kawasan pemukiman di Kyoto yang sering dijadikan akomodasi non hotel via online (Fitraya/detikTravel)
Jakarta - Status hukum akomodasi non hotel di Jepang sedang dipermasalahkan. Padahal, tak sedikit traveler yang punya pengalaman menyenangkan saat mencoba akomodasi semacam itu.

Menjamurnya akomodasi non hotel di Jepang, Airbnb atau Tomarina misalnya, menimbulkan pro dan kontra. Pemerintah Jepang ingin regulasi yang ketat, sementara pelaku usaha ingin kelonggaran demi kemudahan wisatawan.

Pemerintah Jepang bukan ingin melarang. Namun akomodasi non hotel harus punya izin penginapan. Sebabnya, ada oknum menyewakan apartemen atau rumah tanpa izin, kemudian pihak penyewa membuat masalah di kawasan pemukiman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisruh akomodasi non hotel jadi pemberitaan dan perdebatan. Padahal, akmodasi macam ini makin tinggi peminatnya, termasuk dari turis Indonesia.

Theoreza Herdiyanto (26) adalah salah satu traveler yang mencoba Airbnb saat perjalanan ke Jepang bulan lalu. Bersama keluarganya, dengan jumlah 4 orang, dia menginap di sebuah Airbnb yang terletak di Tokyo.

"Saya menginap di Airbnb berbentuk apartemen, selama 5 malam di Tokyo," kisah Theo kepada detikTravel, Senin (16/11/2015).

Airbnb yang dipilih Theo berlokasi agak jauh dari pusat kota. Meski begitu, harganya cukup murah yakni sekitar Rp 150.000 per orang, per malam. Lebih murah dibanding hostel tempat menginap Theo di Osaka dan Kyoto pada perjalanan yang sama.

"Pilih Airbnb karena sengaja memesan yang tradisional Jepang, tempat tidurnya seperti tatami (matras-red). Lagipula memang sengaja ingin lebih bersosialisasi dengan warga lokal," tutur Theo.

Selama menginap di Airbnb, ada seorang Room Manager yang menjadi host mereka. Theo berkisah, dia sangat baik bahkan sampai memasakkan menu makan malam untuk Theo dan keluarganya.

Ini adalah kali pertama Theo mencoba Airbnb, dan pengalaman yang didapatkannya cukup baik. Sang Room Manager memberikan amenities lengkap termasuk handuk dan hair dryer, mirip hostel.

Pengalaman berbeda dialami oleh Nurita (31), traveler asal Bandung yang juga pernah mencoba Airbnb di Jepang. Saat memesan Airbnb di Tokyo, sang pemilik penginapan agaknya cukup galak sehingga Nurita dianggapnya sebagai anak sendiri.

"Pemiliknya seorang bapak-bapak, agak tua, yang hidup sendiri. Jadi saya seperti anaknya. Dia cukup protektif dan memastikan saya pulang sebelum pukul 10 malam hahaha," kisah Nurita, yang traveling seorang diri ke Jepang awal Februari 2015 lalu.

Sang pemilik Airbnb pun senantiasa memasak untuk Nurita baik sarapan dan makan malam.

"Dia tipe yang memastikan tamu-tamunya puas. Tapi kita tetap harus mencuci piring sendiri, membereskan kasur sendiri, layaknya menumpang di rumah orang," kisah dia.

Lain tempat, lain lagi cara host Airbnb memperlakukan tamunya. Theo memberi saran, sebelum memesan akomodasi non hotel di Jepang seperti Airbnb, ada baiknya memastikan terlebih dahulu kondisi aslinya. Nurita menambahkan, ada baiknya meminta saran traveler yang sudah pernah mencoba Airbnb tersebut.

"Jangan sampai mendapat host yang seenak jidat, bahkan tidak menghormati tamunya," kata Nurita.

(aff/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Hati-hati Menginap di Jepang
Hati-hati Menginap di Jepang
7 Konten
Penyewaan akomodasi non hotel via online, sedang menjadi tren untuk turis karena menawarkan harga murah. Namun di Jepang, menyewa rumah atau apartemen bisa menjadi masalah karena ada yang tanpa izin.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads