Banyak kejadian tidak mengenakkan dalam dunia traveling selama beberapa tahun terakhir. Semenjak traveling jadi gaya hidup, makin banyak destinasi yang terancam hancur.
Bukan sepenuhnya kesalahan traveler. Karena ketidaktahuan bukanlah kesalahan. Nah, tak ada salahnya belajar menjadi traveler berbudaya dan sayang alam. Sudahi masa di mana traveler malah punya cap buruk di mata dunia. Disusun detikTravel, Kamis (3/12/2015), berikut resolusi traveling 2016 yang bisa jadi pertimbangan kamu:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di setiap tempat, pasti ada aturannya. Jika di pantai yang ombaknya besar, tidak dianjurkan berenang terlalu jauh. Jika di Taman Safari, tidak diperbolehkan terlalu dekat dengan hewan. Begitu seterusnya.
Diciptakan menjadi makhluk paling sempurna, sudah sepatutnya manusia memerhatikan peraturan dengan segala indera yang dimiliki. Bacalah barang sejenak peraturan apa yang berlaku di sebuah tempat.
Beberapa tempat punya peraturan sederhana, beberapa lainnya punya banyak peraturan. seperti contoh, banyak sekali aturan yang harus dipatuhi saat datang ke Taman Nasinonal Komodo.
Jangan hanya melewatkan penjelasan dan malah sibuk foto-foto. Dengarkan dengan seksama, karena itu demi keselamatan kamu dan semua orang yang ada di sana.
2. Cintai alam dengan benar
Mencintai alam dengan mendatanginya dan menikmatinya sepenuh hati, boleh saja. Tapi cintai dengan sepenuh hati, cintai dengan benar.
Belajarlah membuang sampah pada tempatnya. Jika tidak menemukan tong sampah, biasakan untuk membawa plastik di tas dan menyimpan sampah di plastik tersebut. Jangan lupa untuk membuangnya saat melihat tong sampah ya!
Juga, jangan meludah di sembarang tempat. Apalagi merusak tanaman seperti mematahkan dahan, menginjak tanaman dan sejenisnya. Sungguh melukai alam. Dilihatnya pun tak enak.
3. Berbagi keindahan boleh, tapi...
Salah satu kegunaan media sosial adalah untuk berbagi informasi, termasuk keindahan alam saat traveling. Namun, berbagilah sewajarnya.
Jangan membahayakan diri sendiri dengan berpose bahaya atau berdiri di tempat yang berbahaya. Tidak sedikit kasus traveler kehilangan nyawa saat sedang selfie atau ingin pose di tempat keren.
Satu lagi, jangan berdiri di tempat yang dilarang. Misal berdiri menginjak tanaman yang dilindungi. Atau berdiri terlalu dekat dengan benda sakral. Mari mulai belajar memerhatikan sekeliling.
4. Belajar etika
Saat masuk ke tempat ibadah, sudah semestinya kamu mengenakan pakaian sopan. Itu sebuah hal yang tak bisa ditawar.
Mengetahui kegiatan ibadah agama dan kepercayaan lain memang menyenangkan. Tak sedikit dari pengunjung yang ingin mendapat foto terbaik. Namun hasilnya malah melangkahi etika dan berbuat seenaknya. Masih ingat peristiwa memotret prosesi Waisak di Borobudur? Jangan sampai terulang lagi.
Jika begitu tertarik dengan suku lokal yang unik, jangan menodongkan kamera langsung ke wajah mereka. Ingat, mereka juga manusia, derajat kita sama.
5. Terlalu terikat dengan gadget
Gadget memang bisa memudahkan perjalanan. Seperti mengetahui waktu setempat, lokasi, atau bahasa setempat dengan segudang aplikasinya.
Namun apa guna traveling jika selalu menunduk sepanjang perjalanan. Tidak merasa ketergantungan dengan gagdet? Coba datangi sebuah destinasi dan tak memotret satu hal pun. Bisakah?
Bukan berarti memotret tak boleh. Silahkan saja. Namun usahakan dalam porsi sewajarnya. Intinya, nikmati perjalanan, karena kamu tak akan mendapatkan pengalaman itu setiap hari.
6. Belajar berkontribusi meski sedikit
Sudah saatnya bukan hanya berjalan ke suatu tempat. Memotret di tempat terbaik dan membagikannya di sosmed agar mendapat love atau like dari seluruh netizen.
Ada begitu banyak cara untuk jadi traveler yang lebih dalam. Belajar berkontribusi. Misal, belajar untuk tidak menawar harga barang kerajinan lokal terlalu murah. Bayangkan mereka membuatnya dengan tangan sendiri, dan hasil bumi di sekitar. Masih tega menawarnya sedemikian rendah?
Misal kebetulan kamu mendatangi tempat terpencil, mengapa tidak coba membawa barang yang sekiranya dibutuhkan warga setempat. Bingung? Sederhana, coba saja bawa pensil atau pulpen satu pak, beserta notes kecil.
Bayangkan berapa banyak anak-anak yang akan senang dengan barang yang kamu bawa. Barang yang mungkin kamu anggap sepele bisa membawa perubahan besar kepada mereka.
Andai terlalu malas membawa barang, masih bisa menggunakan ilmu pengetahuan yang didapat. Berbagi ilmu kepada warga atau anak-anak sekitar adalah hal yang paling mudah, dan juga paling mulia yang bisa kamu lakukan sembari traveling.
Yuk jadi traveler yang lebih baik!
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?