Air Jamasan Kyai Pradah di Blitar, Konon Banyak Khasiat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Air Jamasan Kyai Pradah di Blitar, Konon Banyak Khasiat

Erliana Riady - detikTravel
Jumat, 25 Des 2015 18:50 WIB
Suasana yang ramai (Erliana Riady/detikTravel)
Blitar - Traveler yang sedang liburan ke Blitar, dikagetkan dengan pemandangan tak biasa. Ribuan orang berada di Alun-alun Lodoyo untuk berebut air jamasan atau air bekas memandikan benda kramat Gong Kyai Pradah. Konon, dipercaya banyak khasiatnya.

Alun-alun Lodoyo berada di Kecamatan Sutojayan, Blitar. Dalam pantuan detikTravel, Jumat (25/12/2015) orang-orang tersebut tidak hanya datang dari seluruh wilayah di Blitar, namun juga dari Malang, Kediri, Tulungagung bahkan Pacitan.

Bersamaan dengan peringatan Maulud Nabi SAW, Gong Kyai Bicak (lebih dikenal Kyai Pradah) selalu dimandikan setiap tahunnya. Seperti wasiat dari Pangeran Prabu sang pemilik Gong kepada seorang janda Partosutho yang berbunyi seperti ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Saben Dawah Tanggal 1 wulan Syawal, Saha Tanggal 12 wulan Mulud, supados dipun suceni ngangge sekar setaman. Toyanipun sesucen kenging kangge usada, tetiyang sami sakit, saha supados gesangipun sami ayem lan tentrem'.

Yang artinya, setiap jatuh anggal 1 bulan Syawal atau tanggal 12 bulan Maulud, supaya disucikan memakai bunga setaman. Air cuciannya bisa buat usaha, mengobati orang sakit juga untuk membuat kehidupan warga menjadi aman tentram. Demikian penjelasan Drajat, pembaca cerita Babad Lodoyo.

Mbah Darmo (97) warga Sukorejo Kec Sutojayan mengaku selalu menyempatkan diri untuk datang mengikuti acara Siraman Kyai Pradah ini tiap tahunnya. "Teng awak dados sehat wal'afiat, selalu kuat sampai usia tua," katanya.

Bahkan Mbah Darmo juga mengajak anak cucunya mengikuti acara tersebut dan melestarikannya dalam kegiatan rutin tahunan di keluarganya. Lain cerita, Bu Narsih (57) warga Tulungagung yang ngalap berkah air bekas jamasan Kyai Pradah ini untuk melancarkan usaha dagangnya.

"Bener lho, saya rutin dapatkan air bekas siraman Kyai Pradah, saya siramkan di depan warung saya. Hasilnya pembeli tambah banyak dan bisa buat tolak balak," papar Narsih.

Pemkab Blitar selama ini memang memberikan perhatian khusus pada acara ini. Selain untuk mengembangkan kearifan lokal sebagai potensi budaya, masyarakat Lodoyo juga mengupayakan agar Siraman Kyai Pradah ini tetap bisa dilaksanakan.

Mbah Palil, Kuncen Sangrahan Kyai Pradah menyatakan acara ini harus rutin dijalankan supaya semua warga selamat sejahtera.

"Pernah sekitar tahun 92, waktu itu Wedono yang menjabat tidak begitu peduli dengan adat rakyat sini. Kyai Pradah tidak dijamasi. Malamnya saya melihat ada bayangan putih menyerupai Singa keluar dari gedung pakuncen (tempat menyimpan gong). Singa itu meloncat keluar lalu lari ke arah Timur," paparnya.

Entah kebetulan atau tidak, esok pagi, warga desa Gondanglegi yang letaknya di timur Alun-Alun Lodoyo melaporkan, kambing ternak mereka banyak yang mati secara bersamaan. percaya tak percaya, semua dikembalikan ke nurani masing-masing.

(aff/aff)

Hide Ads