Pasar khas menyambut Imlek atau Pasar Semawis resmi dibuka hari Kamis (4/2) malam kemarin dan diawali dengan makan malam bersama di meja panjang khusus tamu undangan, yaitu pejabat dan perwakilan masyarakat. Seperti yang sudah-sudah, bazar tersebut digelar sepanjang jalan gang pinggir sampai jalan Wotgandul Timur.
Kemudian, Bazar Produk dan Budaya juga sudah bisa dijelajahi pengunjung dan wisatawan sejak kemarin, mulai pukul 09.00 sampai 22.00 WIB. Khusus hari terakhir besok, acara dibuka sampai pukul 24.00.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
| 
 | 
Sedangkan bazar produkβproduk Imlek dan umum antara lain lampion, gantungan mobil, boneka, suvenir, tas, keramik, baju qibao, aksesoris, lukisan, patung, sulaman, handicraft dan lain-lain.
Untuk panggung pertunjukkan dibagi ke beberapa titik, yaitu panggung utama Muara yang menampilkan pentas seni dan musik dari anak-anak sekolah dan dijadwalkan tanggal 4 dan 5 Februari mulai pukul 14.00-22.00.
Kemudian pertunjukan khas wayang Potehi digelar tanggal 4-6 Februari di panggung gang Tengah dengan jadwal pukul 14.00-16.00 dan 18.30-20.30. Atraksi lain seperti barongsai, liong, opera jalanan ada di area terbuka dimulai pukul 18.00-21.00.
Di area tersebut pengunjung bakal diberi kesempatan berselfie dengan tokoh Cengge diantaranya tokoh Dewa Petir, Raja Langit, Dewa Bintang Selatan, Dewi kwan im, 12 Shio, Sun Go Khong dan kawan-kawan, yue fei, Qin kui, dan sebagainya.
|  Bisa foto bareng Sun Go kong (Angling/detikTravel) | 
Pada hari terakhir, Sabtu (6/2) besok di gang Pinggir digelar pertunjukan kesenian dan kebudayaan Tionghoa mulai pukul 14.00 sampai pukul 24.00.
Haryanto Halim selaku ketua Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata) mengatakan tradisi yang sempat hilang itu diharapkan bisa menjadi potensi wisata yang menjanjikan bagi Kota Semarang. Karena unik, di mana seluruh elemen masyarakat bisa berbaur, tidak hanya warga keturunan Tionghoa. Ia pun menjamin semua makanan halal.
"Ini berangkat dari tradisi kota semarang pada tanggal 29 Imlek biasanya warga Tionghoa Semarang berbelanja di gang baru ini untuk persiapan sembahyang dan makan malam bersama. Keramaian ituΒ sempat hilang dan mereda pada saat pemerintahan orde baru. Tapi dengan reformasi ini, keterbukaan mulai digaungkan, maka budya yang khas pecinan bisa dikembangkan. Jujur ini bisa jadi potensi wisata. Di kota lain bahkan di China pun kebersamaan semacam ini tidak ada," terang Haryanto.
|  Bisa berfoto dengan kostum ala Dewi (Angling/detikTravel) | 








































.webp)













 
                     
             
             Lapak kuliner (Angling/detikTravel)
Lapak kuliner (Angling/detikTravel) 
             
                         
                         
  
  
  
  
  
  
  
 
Komentar Terbanyak
Fadli Zon: Banten Sudah Maju dan Modern Sebelum Bangsa Eropa Datang
Kata Jokowi soal Whoosh Bikin Rugi: Itu Investasi
Whoosh Diterpa Dugaan Korupsi, KPK: Pengusutan Tidak Ganggu Operasional