Dalam rangkaian acara Familiarization Trip Australian Travel Agent dari Kementerian Pariwisata yang diikuti detikTravel, dari hari Sabtu kemarin (23/4) sampai Selasa (26/4), 16 travel agent dari Australia diajak keliling Kepulauan Derawan. Mereka mengunjungi Pulau Derawan, Maratua, Sangalaki dan Kakaban.
Pujian pun keluar dari mulut mereka, yang terkesima dengan kecantikan Kepulauan Derawan. Namun di sisi lain, mereka turut berpesan kepada Kementerian Pariwisata khususnya, untuk menjaga, merawat dan mengembangkan Derawan untuk menjadi destinasi dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berenang di Maratua (Afif/detikTravel)
"Tolong semua wisatawan di sini jangan buang sampah sembarangan ke laut. Sekarang memang tidak terasa terlalu kotor, masih jernih dan bersih. Tapi 10 tahun lagi, jika masih buang sampah ke laut, maka Derawan ini akan tercemar," tegas David Tu Quy dari Golden Global International Travel.
Hal senada diungkapkan Jonathan Tsiklas dari Travel Industry Trainee. Dia menyayangkan orang-orang yang cuek buang sampah ke laut. Dia pun memberi masukan, untuk memberikan denda yang tidak sedikit untuk orang-orang yang melakukan itu.
"Makin banyak wisatawan yang datang, maka masalah utamanya adalah makin banyak sampah. Agar tidak ada yang buang sampah ke laut, pemerintah harus memberikan denda. Denda yang besar saja sekalian!" katanya dengan geram.
Berfoto-foto di pinggir pantai (Yuniarto Prabowo/Istimewa)
Scott Thomas dari Novotel Sydney memberi masukan berbeda. Menurutnya, masalah sampah bisa diatasi dengan memberikan ilmu dan pelatihan kepada masyarakat lokal. Masyarakat lokal yang makin paham mengenai sadar wisata, salah satunya masalah sampah, pasti akan menjaga kawasannya dengan baik dan dapat menegur turis.
"Ada baiknya juga mempekerjakan orang-orang tua untuk menjadi petugas kebersihan di pantai. Pemerintah punya banyak anggaran, saya rasa tidak besar-besar amat untuk hal tersebut. Indonesia itu wonderful, jangan sampai turis bilang, Indonesia sangat wonderful tapi... banyak sampah," paparnya.
Selanjutnya, adalah aksesbilitas. Perlu diketahui, menuju Kepulauan Derawan tidaklah mudah. Hanya ada beberapa pesawat yang terbang dari Jakarta atau kota-kota besar lainnya ke Berau di Kalimantan Timur. Dari Berau, lanjut naik mobil 2 jam ke Tanjung Redeb dan naik boat selama 1 jam. Sebenarnya ada Bandara Maratua di Pulau Maratua di dalam kawasan Kepulauan Derawan, hanya saja belum selesai betul.
Perjalanan panjang ke Derawan (Afif/detikTravel)
"Lebih baik jika ada bandara di Kepulauan Derawan, bisa lebih cepat perjalanan. Jangan sampai turis sudah capek dulu di jalan," tutur James William dari Hunter Valley Tours.
Asal tahu saja, 16 travel agent dari Australia ini menghabiskan waktu hampir 24 jam perjalanan ke Kepulauan Derawan. Mereka terbang ke Singapura dulu, lalu ke Jakarta dan lanjut ke Balikpapan. Dari Balikpapan, naik pesawat lagi ke Berau.
Terakhir, adalah mengenai fasilitas yang salah satunya dianggap penting yakni WiFi. Untuk sinyal telefon, beberapa provider di Kepulauan Derawan sudah cukup bagus. Namun untuk turis, mereka butuh WiFi agar bisa mengupload foto-foto kecantiikan Derawan di media sosialnya.
"Saya punya 500 ribu teman di Facebook. Jika saya memposting satu foto, maka akan dilihat oleh 500 ribu orang. Promo yang sangat simpel bukan akan Derawan makin terkenal?" ungkap Jason Charles dari Infinity Holidays.
(aff/aff)












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina