Kapal pesiar sebesar Diamond Princess memiliki 18 dek/lantai dengan 1.353 kamar penumpang yang menampung 2.700 penumpang plus 1.100 kru. Bagaimana mereka menyediakan air bersih dan mengolah limbahnya?
"Anda bisa bayangkan hampir 4 ribu orang di atas kapal ini, jelas banyak dibutuhkan air bersih. Kami punya beberapa pilihan, kami bisa membuat air bersih sendiri, kami punya 3 mesin pengolah air di kapal, dan juga kami punya koneksi penyedia air bersih saat di darat," tutur Kapten Kapal Diamond Princess, Todd McBain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria ramah asal Alberta, Kanada ini lantas menjelaskan bahwa 3 mesin pengolah air itu bisa menyedot air laut dan mengolahnya melalui proses desalinasi dan reverse osmosis menjadi air bersih siap minum. Namun, ada juga air bersih yang diambil dari pemasok air saat kapal sedang sandar.
Tempat sampah di kapal yang memisahkan sampah plastik dan sampah makanan (Hany/detikTravel)
Lantas bagaimana pengolahan limbahnya? McBain pun menjelaskan bahwa pihaknya sangat ketat mengolah limbah air buangan hingga benar-benar aman sebelum dibuang ke laut.
"Protokol lingkungan kami sangat ketat. Kami menghormati laut dan menjaga lingkungan lautnya," tutur McBain.
Dia menambahkan kapal Diamond Princess memiliki 2 jenis limbah air buangan, yang disebut 'gray water' yakni air sisa mandi dan dapur kapal, serta 'black water' yakni air sisa buangan dari toilet.
"Kami memproses air limbah itu sampai benar-benar aman untuk dilepas di laut internasional. Satu lagi, 'black water' dari toilet, kami memprosesnya melalui membran yang sangat mahal namun hasil akhirnya bisa bening seperti air bersih. Tak ada air yang dilepas ke laut yang tidak diproses sampai aman dan bersih lebih dulu," jelas dia.
(Hany/detikTravel)
Dalam situs Princess Cruise, princess.com, bahwa pelepasan air limbah kegiatan kapal itu mengacu pada hukum lingkungan AS dan internasional. Semua kapal Princess Cruise dilengkapi dengan alat pengolah air limbah yang telah lulus sertifikasi US Coast Guard sebagai alat sanitasi kelautan yang disetujui.
Fasilitas pengolah air limbah itu biasanya menjernihkan 'black water'. Setelah diproses, air limbah yang sudah bersih dan aman itu dilepas ke laut lepas setidaknya berjarak 12 mil atau 19 km dari pantai, jarak yang disyaratkan dalam hukum.
Hingga tahun 2020, 80 persen armada Princess Cruise dilengkapi dengan sistem pengolah air yang memiliki membran penyaring dan sinar ultraviolet yang menghasilkan air limbah yang aman. 'Gray water' dan 'black water' bisa dicampur dan diolah melalui sistem pengolah air limbah.
Alternatifnya, grey water bisa disimpan dalam kapal dan baru dilepaskan saat kapal keluar pelabuhan. Kemudian baru dilepaskan di laut dalam kadar yang aman sesuai dengan aturan.
(Hany/detikTravel)
Sedangkan untuk mengolah limbah padat, kapal Princess Cruise menerapkan peralatan yang bisa dipakai berulangkali, meminimalkan penggunaan peralatan makan-minum plastik sekali buang, memisahkan sampah plastik, mendaur ulangnya dan membuangnya ke tempat pembuangan akhir saat sandar di pelabuhan.
Sampah makanan dan sampah dapur bisa dibuang ke laut setelah dicacah hingga mencapai partikel 25 mm, dan dilepas ke laut setelah mencapai 12 mil laut atau 22 km dari pantai.
Sedangkan sampah beracun seperti sampah medis, kapal akan membuangnya ke TPA saat sandar di pelabuhan.
(nwk/krn)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit