Hal tersebut ditegaskan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam acara penandatanganan MoU tentang Pemanfaatan Data Keimigrasian Dalam Rangka Akselerasi Pembangunan Kepariwisataaan dan Perjanjian Kerjasama Tentang Dukungan Data Keimigrasian Dalam Akselerasi Pembangunan Kepariwisataan. Dia menjelaskan, devisa yang diterima negara akan lebih besar dibanding uang yang harus turis keluarkan untuk membayar visa.
"Pendapatan tourism bukan dari visa tapi dari spending turis yang datang. Ini yang sudah dilakukan negara lain," katanya di ruang rapat lantai 16, Gedung Sapta Pesona, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (19/7/2016) petang kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Spending satu turis itu rata-rata USD 1.200. Ini adalah devisa yang besar dan cepat," ujar Arief.
Dengan memberikan bebas visa, itu berarti sudah memudahkan turis untuk datang ke Indonesia. Tak perlu bayar visa, tinggal datang dan menikmati alam serta budaya Nusantara. Yang berarti juga, salah satu cara untuk lebih banyak turis yang datang ke Indonesia.
"Pariwisata kita masih kalah dari Malaysia, Singapura dan Thailand baik dari kunjungan turis atau dari penerimaan devisa pariwisata," tuturnya.
Pemerintah sudah merilis 169 negara yang dibebaskan dari kewajiban memiliki visa untuk tujuan kunjungan ke Indonesia. Hal ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada bulan Maret 2016 lalu. (aff/fay)












































Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Warga Baduy Dalam Ditolak RS karena KTP, Potret Buruk Layanan Kesehatan Masyarakat Adat