Selama ini pengunjung Taman Safari Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, bisa menyaksikan ratusan ekor satwa. Mereka bisa melihat satwa-satwa buas, satwa langka dan dilindungi maupun satwa yang masih banyak ditemui di berbagai tempat.
Bukan hanya melihat, pengunjung juga bisa berinteraksi langsung dengan aneka satwa yang sudah terlatih. Mereka juga bisa menikmati show-show satwa yang pintar seperti gajah, orangutan, burung dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satwa-satwa seperi harimau, beruang, singa hingga buaya dan satwa seperti gajah, bison dan badak memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam perawatan dan penanganannya. Untuk satwa yang khusus buat show, biasanya satu keeper menangani satu satwa.
Menjadi keeper satwa, terutama satwa-satwa buas dan satwa show membutuhkan keahlian dan pengalaman khusus. Meski demikian, kesulitan tersebut merupakan tantangan bagi keeper. Merupakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri jika berhasil 'menaklukkan' satwa.
"Karena tak mudah menjadi keeper, terutama satwa buas dan satwa show, rata-rata keeper membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyesuaikan diri. Istilahnya berkenalan dengan satwa," kata Manager Marketing dan Komunikasi Taman Safari Prigen, Idham Rustian Pribadi, Rabu (9/11/2016).
Menurut Idham, para keeper di tempat ini rata-rata sudah bekerja selama bertahun-tahun. Selain bangga bisa menjadi keeper, mereka juga bahagia bisa menjadi bagian dari konservasi satwa. Ayo kita lihat profil mereka:
1. Suhadi, bapak puluhan Gajah Sumatera
Foto: Muhajir Arifin
|
Saat ini, lebih dari 26 gajah Sumatera menjadi tanggung jawabnya. Tentu saja, ia dibantu beberapa orang. Saat ditemui detikTravel, dia mengutarakan rasa bahagianya menjadi keeper satwa yang populasinya terus berkurang di alam liar tersebut.
"Bagi saya ini bukan sekedar pekerjaan, tapi sudah jadi pengabdian. Saya sangat bahagia bisa melakukan sesutu untuk melindungi gajah," kata Suhadi.
Menurut dia, gajah Sumatera merupakan sub spesies gajah Asia yang habitat aslinya di Pulau Sumatera. Postur tubuhnya lebih kecil dari pada gajah Asia lainnya.
Populasi gajah Sumatera terus menurun dan terancam punah. Agresivitas perburuan dan perusakan hutan mengancam habitat asli mamalia terbesar Indonesia ini.
"Karena itu saya sangat senang dan bangga bila gajah-gajah ini bunting kemudian melahirkan dengan selamat. Beberapa kali gajah di sini melahirkan keturunan dan rata-rata melahirkan dengan normal," kata Suhadi.
Melihat gajah melahirkan, katanya, merupakan kebahagiaan tersendiri sebagai seorang keeper. "Jadi tantangan tersendiri merawat gajah. Apalagi kalau berhasil melatihnya, tentu saja senang. Selain dilepas di exhibit, sebagian gajah ini juga untuk show," terangnya.
Sebagai keeper yang sudah bekerja sejak awal berdirinya Taman Safari Prigen, Suhadi, mengaku sangat sedih jika ada gajah yang sakit. Ia bersama tim dokter pun melakukan berbagai upaya untuk menyembuhkannya.
"Pernah ada yang mati dulu, itupun karena sudah tua, usianya sudah 80 tahun. Tapi namanya sering bersama tentu saja kehilangan," jelasnya.
2. Dara cantik asal Solo, sang pelatih Gajah Show
Foto: Muhajir Arifin
|
Lilis Indriastuti merupakan salah satu pelatih gajah show. Seperti bertugas sebagai keeper, dara asli Solo ini diberi tugas khusus untuk memberikan pelatihan keterampilan gajah yang dirawatnya.
Setiap pagi, perempuan 26 tahun ini memberi makan pada gajah muridnya. Mekanan gajah berupa rumput dan diselingi wortel dan buah lainnya. Mamalia raksasa ini harus diberi makan pagi, siang dan sore.
Setelah memberi gajah sarapan, ia mengajak satwa cerdas tersebut jalan-jalan dan bermain. Dalam kesempatan itu, Lilis menyisipkan latihan-latihan sesuai kebutuhan pertunjukan.
"Harus sabar melatih gajah," kata Lilis di sela-sela aktifitasnya.
Lilis yang sudah 7 tahun bekerja sebagai pelatih gajah mengatakan, awalnya ia mengalami kesulitan. Namun karena kesabaran dalam pendekatan, akhirnya gajah yang dilatihnya bisa jinak.
"Awalnya ya kenalan dulu, sama dengan manusia, PDKT dulu. Kalau sudah kenal, dia mau nurut," kata Indri.
Setelah bertahun-tahun dekat dengan gajah, Indri mengaku semakin menikmati profesi tersebut. Indri mengaku ingin selama mungkin bisa mejadi keeper dan pelatih gajah.
"Bangga ya, kan tidak semua orang bisa seperti ini. Apalagi ini hewan langka," katanya.
Karena sudah memiliki ikatan batin dengan gajah yang setiap hari ia temani, Indri sangat hafal apa yang diinginkan satwa tersebut. Ia juga mengerti apa-apa yang membuat temannya tersebut jengkel.
"Yang bikin sedih kalau dia lagi sakit," katanya.
3. Kisah keeper yang ingin melihat badak melahirkan
Foto: Muhajir Arifin
|
"Memperlakukan badak jauh lebih sulit daripada gajah," kata Salim, keeper badak putih di sela-sela kesibukannya.
Salim mengatakan meski tampak tenang, badak merupakan satwa agresif. Badak memiliki karakter yang disebut Salim 'jinak-jinak merpati'.
"Badak itu jinak-jinak merpati. Meski setiap hari bertemu, kalau kita mendekat nggak bawa makanan bisa-bisa diserang," kata Salim.
Sekali saja keeper diserang badak, lanjut Salim, sangat susah baginya kembali mendekati badak. "Beda dengan gajah," imbuhnya.
Kesulitan lain menghadapi badak karena hewan bercula ini sudak berkelahi untuk menunjukkan dominasi. Akibat perkelahian, badak sering mengalami luka lecet dan lebam akibat benturan. "Kadang sampai sakit kembung," ujar Okky, keeper badak lainnya.
Meski demikian, bukan itu tantangan terberat jadi keeper badak. Bagi Salim dan Okky, tantangan terberat bagaimana mengawinkan si jantan dan betina sehingga badak putih tersebut memiliki keturunan.
"Ngawinkan itu yang susah. Mereka susah kawin. Kalau bisa bunting dan lahirkan keturunan, itu sungguh luar biasa," ujar Okky.
Badak merupakan hewan pemakan rumput dan buah. Badak termasuk satwa yang doyan makan. Setiap hari seekor satwa bisa sampai 4 kali makan dan menghabiskan 125 kilogram rumput, puluhan kilogram pisang, pepaya dan wortel.
Halaman 2 dari 4
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit