Suka Duka Berburu Oleh-oleh

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pro Kontra Oleh-Oleh

Suka Duka Berburu Oleh-oleh

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Kamis, 02 Feb 2017 09:35 WIB
Suka Duka Berburu Oleh-oleh
Foto: (iStock)
Jakarta - Berburu oleh-oleh saat traveling memang mengasyikkan. Tapi terkadang ada juga suka dukanya, dari tersesat, sampai kelebihan bagasi. Berikut ini aneka kisahnya.

Membeli dan memberi oleh-oleh seperti sudah menjadi suatu keharusan saat kita pergi liburan. Terkadang aktivitas ini menyenangkan, tetapi tak jarang juga menjadi beban.

Dihimpun detikTravel dari beberapa sumber, Kamis (2/2/2017), inilah beberapa suka dukanya berburu oleh-oleh:

1. Bisa tersesat

Foto: (Internet/Google Map)
Terkadang saat membeli oleh-oleh, kita harus blusukan terlebih dahulu ke beberapa daerah. Tak jarang bila kita baru pertama kali berkunjung ke sana, kita bisa-bisa tersesat atau salah arah.

Lebih seringnya kalau salah arah seperti ini, bertanya kepada orang jadi solusi yang terbaik. Tapi terkandang kendala bahasa juga jadi masalah. Pakai Google Maps sudah paling oke.

2. Harus siap uang tunai

Foto: (Angga Aliya ZRF/detikTravel)
Terkadang di toko oleh-oleh, mereka tidak menyediakan mesin gesek kartu kredit ataupun debet. Apalagi kalau keluar negeri dan pasarnya masih tradisional. Mau tidak mau, kita harus menyediakan uang cash kalau mau berbelanja.

Repotnya lagi, kalau uangnya dalam bentuk koin recehan. Kita harus menghitungnya satu per satu terlebih dahulu. Sungguh sangat tidak praktis dan cenderung menyusahkan.

3. Dapat barang unik

Foto: (Randy/detikTravel)
Tak jarang ketika berburu oleh-oleh, kita justru menemukan 'harta karun' yang tidak bisa ditemukan oleh sembarang orang. Harta karun itu bisa berupa benda-benda unik yang jarang didapatkan.

Biasanya barang-barang seperti ini berlokasi di pasar atau toko barang bekas. Rajin-rajinlah mencari di antara tumpukan-tumpukan barang usang, siapa tahu nanti justru bertemu yang unik-unik.

4. Kelebihan bagasi

Foto: Thinkstock
Dukanya lagi kalau berburu oleh-oleh ini, kalau kita terlalu banyak belanja dan justru berakibat koper kita overload. Tentunya itu akan sangat menyusahkan. Kita harus membeli tas tambahan, atau bahkan sebuah koper baru lagi. Koper kita bisa beranak!

Lebih parahnya lagi, biasanya kita akan dikenakan charge tambahan bila ketahuan bagasi kita overweight. Mau berbagi oleh-oleh liburan malah rugi karena mesti bayar kelebihan bagasi.

5. Dapat bonus

Foto: (Rachman Haryanto/detikTravel)
Salah satu keuntungan kalau kita memborong oleh-oleh adalah, kita bisa mendapat bonus tambahan dari penjualnya. Terkadang hanya berupa bonus-bonus kecil, atau diskon tambahan, tapi itu sudah cukup lumayan bukan.

Beberapa kali juga traveler pernah mengalami, belanjaan kita digratiskan karena kita mengajak teman-teman lain untuk memborong dagangan yang dia jual. Kalau seperti ini, kita jadi untung bukan?

6. Melatih keahlian menawar

Foto: iStock
Dengan rajin berbelanja oleh-oleh, tak jarang skill menawar belanjaan kita justru makin terasah dan makin mumpuni. Apalagi kalau belanjanya di dalam negeri sendiri. Di negeri orang pun bisa, tapi sekali lagi terkadang bahasa bisa jadi kendala.

Lewat tawar-menawar, kita bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan si pedagang. Kita bisa tahu bagaimana sekelumit pekerjaan mereka, bahkan akttivitas kesehariannya. Ini bisa mengasah jiwa sosial traveler juga lho.

7. Kendala bahasa

Foto: (Australia Plus ABC)
Dukanya lagi kalau kita berbelanja oleh-oleh ke luar negeri, terkadang kendala bahasa akan menghalangi. Apalagi kalau berkunjung ke negara-negara yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua mereka. Seringkali apa yang kita maksudkan, tidak dimengerti oleh si pedagang.

Kalau sudah begitu, kita biasanya menggunakan bahasa 'Tarzan' alias isyarat untuk berkomunikasi dengan pedagang. Lebih mudahnya lagi biasany si pedagang akan membawa kalkulator yang bisa digunakan sebagai alat 'tawar-menawar'.
Halaman 2 dari 8
Terkadang saat membeli oleh-oleh, kita harus blusukan terlebih dahulu ke beberapa daerah. Tak jarang bila kita baru pertama kali berkunjung ke sana, kita bisa-bisa tersesat atau salah arah.

Lebih seringnya kalau salah arah seperti ini, bertanya kepada orang jadi solusi yang terbaik. Tapi terkandang kendala bahasa juga jadi masalah. Pakai Google Maps sudah paling oke.

Terkadang di toko oleh-oleh, mereka tidak menyediakan mesin gesek kartu kredit ataupun debet. Apalagi kalau keluar negeri dan pasarnya masih tradisional. Mau tidak mau, kita harus menyediakan uang cash kalau mau berbelanja.

Repotnya lagi, kalau uangnya dalam bentuk koin recehan. Kita harus menghitungnya satu per satu terlebih dahulu. Sungguh sangat tidak praktis dan cenderung menyusahkan.

Tak jarang ketika berburu oleh-oleh, kita justru menemukan 'harta karun' yang tidak bisa ditemukan oleh sembarang orang. Harta karun itu bisa berupa benda-benda unik yang jarang didapatkan.

Biasanya barang-barang seperti ini berlokasi di pasar atau toko barang bekas. Rajin-rajinlah mencari di antara tumpukan-tumpukan barang usang, siapa tahu nanti justru bertemu yang unik-unik.

Dukanya lagi kalau berburu oleh-oleh ini, kalau kita terlalu banyak belanja dan justru berakibat koper kita overload. Tentunya itu akan sangat menyusahkan. Kita harus membeli tas tambahan, atau bahkan sebuah koper baru lagi. Koper kita bisa beranak!

Lebih parahnya lagi, biasanya kita akan dikenakan charge tambahan bila ketahuan bagasi kita overweight. Mau berbagi oleh-oleh liburan malah rugi karena mesti bayar kelebihan bagasi.

Salah satu keuntungan kalau kita memborong oleh-oleh adalah, kita bisa mendapat bonus tambahan dari penjualnya. Terkadang hanya berupa bonus-bonus kecil, atau diskon tambahan, tapi itu sudah cukup lumayan bukan.

Beberapa kali juga traveler pernah mengalami, belanjaan kita digratiskan karena kita mengajak teman-teman lain untuk memborong dagangan yang dia jual. Kalau seperti ini, kita jadi untung bukan?

Dengan rajin berbelanja oleh-oleh, tak jarang skill menawar belanjaan kita justru makin terasah dan makin mumpuni. Apalagi kalau belanjanya di dalam negeri sendiri. Di negeri orang pun bisa, tapi sekali lagi terkadang bahasa bisa jadi kendala.

Lewat tawar-menawar, kita bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan si pedagang. Kita bisa tahu bagaimana sekelumit pekerjaan mereka, bahkan akttivitas kesehariannya. Ini bisa mengasah jiwa sosial traveler juga lho.

Dukanya lagi kalau kita berbelanja oleh-oleh ke luar negeri, terkadang kendala bahasa akan menghalangi. Apalagi kalau berkunjung ke negara-negara yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua mereka. Seringkali apa yang kita maksudkan, tidak dimengerti oleh si pedagang.

Kalau sudah begitu, kita biasanya menggunakan bahasa 'Tarzan' alias isyarat untuk berkomunikasi dengan pedagang. Lebih mudahnya lagi biasany si pedagang akan membawa kalkulator yang bisa digunakan sebagai alat 'tawar-menawar'.

(wsw/fay)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Pro Kontra Oleh-oleh
Pro Kontra Oleh-oleh
18 Konten
Liburan kurang afdol kalau pulang tidak bawa oleh-oleh. Namun, belanja oleh-oleh itu antara terpaksa dan sukarela. Benar nggak sih?
Artikel Selanjutnya
Hide Ads