Cerita Traveler yang Malas Bawa Oleh-oleh

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pro Kontra Oleh-oleh

Cerita Traveler yang Malas Bawa Oleh-oleh

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 02 Feb 2017 09:55 WIB
Cerita Traveler yang Malas Bawa Oleh-oleh
Foto: Belanja oleh-oleh di Chiang Mai Night Market (Fitraya/detikTravel)
Jakarta - Oleh-oleh begitu dinantikan orang mereka yang tidak ikut traveling. Tapi beberapa traveler memang malas membawa pulang oleh-oleh karena beribu alasan.

Padahal, sekecil apapun dan harga yang tak seberapa, oleh-oleh itu amat berarti bagi yang menantikannya. Tapi hal itu memang bukan sebuah kewajiban bagi yang plesir. Sekali lagi, itu bukan kewajiban yang berlibur lho.

detikTravel telah merangkum berbagai kisah traveler, Kamis (2/2/2017). Berbagai traveler dari berbagai kota mengemukakan alasannya kenapa tidak membawa oleh-oleh. Begini alasannya:

1. Alasan budget

Foto: (Muhammad Ridho/detikTravel)
Traveler dari Brebes, Mohammad Hasanul Fiqri malas membawa oleh-oleh karena alasan keuangan. Selain itu, mahasiswa akhir yang sibuk dengan klub motornya ini mengatakan oleh-oleh itu berat bila dibawa sambil turing.

"Motor touring itu kan biasanya enggak ada boksnya, tasnya pun buat pakaian ganti. Karena menginap di luar kota, oleh-oleh yang berupa makanan itu dimakan di tempat," ucap Fiqri.

Kalaupun membawa oleh-oleh, biasanya ia membeli kaos, gantungan kunci yang tidak terlalu memakan tempat. hampir semua kota di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur telah ia sambangi.

2. Alasan destinasi mudah dijangkau

Foto: (Edzan Raharjo/detikTravel)
Traveler yang malas membawa oleh-oleh selanjutnya berasal dari Ngawi. Ia bernama Oka Febi Santoso, menjelaskan bahwa jarak destinasi yang mudah dijangkau merupakan alasan utamanya.

Contohnya ketika bepergian ke Yogyakarta, ia malas membeli oleh-oleh. Karena jarak yang tak terlalu jauh dari rumah dan bisa berulang kali kesana menyebabkan dia malas membawa oleh-oleh.

3. Alasan oleh-oleh yang sudah pasaran

Foto: (Angling/detikTravel)
Alasan berikutnya karena oleh-olehnya tidak beragam alias sudah pasaran. Belakangan ini, kebanyakan destinasi di Indonesia cenderung mengikuti suvenir dari daerah lainnya, seperti kerajinan gelang-gelangan maupun gantungan kunci.

Oleh karena itu, traveler asal Semarang, Gigih Panggayuh Utomo dan Canang Dwi Cahyono cenderung malas membeli oleh-oleh saat berlibur. Mereka yang seringkali bepergian ke daerah wisata di Jawa Tengah sampai Bali menemukan hal yang sama.

"Karena oleh-oleh cenderung sama jadi bukan prioritas. Lebih ke refreshing aja. Kalau ada yang menarik ya aku beli," kata Gigih.

"Karena baru di dalam negeri jadi saya ingin tahu lebih tentang tempat yang aku kunjungi. Lebih kurang eksplor sama oleh-olehnya," sahut Canang menguatkan pernyataan Gigih.

4. Alasan esensi oleh-oleh adalah sebuah cerita

Foto: (Thinkstock)
Ada-ada saja alasan traveler ogah membawa oleh-oleh seusai berplesir. Hal itu dikatakan Winda Yuniarti asal Sragen

Ia memang sering berkunjung ke beberapa kota wisata maupun pulau tujuan bersantai di Indonesia. Namun, ia mengaku jarang membawa oleh-oleh karena bukan itu esensi dari oleh-oleh.

Sebuah cerita perjalanan merupakan arti sebenarnya dari oleh-oleh. Karena dari cerita itu, sang pendengar dapat dibawa menyelami apa yang ia ceritakan saat berinteraksi dengan budaya masyarakat sekitar. Hmmm...

5. Alasan oleh-oleh cukup dengan foto

Foto: (Thinkstock)
Beda lagi alasan traveler satu ini membawa oleh-oleh. Karena alasan itu ia tak terlalu mementingkannya.

Apa itu? Traveler asal Indramayu, Syaksiyatus Syifaaur Rahman ini mengaku oleh-oleh yang seringkali ia bawa hanya berupa foto.

Iya hanya foto-foto saat perjalanannya adalah buah tangannya. Itulah pengertian oleh-oleh kata dia.

Beragam ya alasan para traveler yang malas membawa oleh-oleh. Setidaknya, kalaupun Anda berlibur dan membawa oleh-oleh akan membantu perekonomian masyarakat sekitar dan memberi kebahagiaan pula bagi orang sekitar. Sederhana bukan?
Halaman 2 dari 6
Traveler dari Brebes, Mohammad Hasanul Fiqri malas membawa oleh-oleh karena alasan keuangan. Selain itu, mahasiswa akhir yang sibuk dengan klub motornya ini mengatakan oleh-oleh itu berat bila dibawa sambil turing.

"Motor touring itu kan biasanya enggak ada boksnya, tasnya pun buat pakaian ganti. Karena menginap di luar kota, oleh-oleh yang berupa makanan itu dimakan di tempat," ucap Fiqri.

Kalaupun membawa oleh-oleh, biasanya ia membeli kaos, gantungan kunci yang tidak terlalu memakan tempat. hampir semua kota di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur telah ia sambangi.

Traveler yang malas membawa oleh-oleh selanjutnya berasal dari Ngawi. Ia bernama Oka Febi Santoso, menjelaskan bahwa jarak destinasi yang mudah dijangkau merupakan alasan utamanya.

Contohnya ketika bepergian ke Yogyakarta, ia malas membeli oleh-oleh. Karena jarak yang tak terlalu jauh dari rumah dan bisa berulang kali kesana menyebabkan dia malas membawa oleh-oleh.

Alasan berikutnya karena oleh-olehnya tidak beragam alias sudah pasaran. Belakangan ini, kebanyakan destinasi di Indonesia cenderung mengikuti suvenir dari daerah lainnya, seperti kerajinan gelang-gelangan maupun gantungan kunci.

Oleh karena itu, traveler asal Semarang, Gigih Panggayuh Utomo dan Canang Dwi Cahyono cenderung malas membeli oleh-oleh saat berlibur. Mereka yang seringkali bepergian ke daerah wisata di Jawa Tengah sampai Bali menemukan hal yang sama.

"Karena oleh-oleh cenderung sama jadi bukan prioritas. Lebih ke refreshing aja. Kalau ada yang menarik ya aku beli," kata Gigih.

"Karena baru di dalam negeri jadi saya ingin tahu lebih tentang tempat yang aku kunjungi. Lebih kurang eksplor sama oleh-olehnya," sahut Canang menguatkan pernyataan Gigih.

Ada-ada saja alasan traveler ogah membawa oleh-oleh seusai berplesir. Hal itu dikatakan Winda Yuniarti asal Sragen

Ia memang sering berkunjung ke beberapa kota wisata maupun pulau tujuan bersantai di Indonesia. Namun, ia mengaku jarang membawa oleh-oleh karena bukan itu esensi dari oleh-oleh.

Sebuah cerita perjalanan merupakan arti sebenarnya dari oleh-oleh. Karena dari cerita itu, sang pendengar dapat dibawa menyelami apa yang ia ceritakan saat berinteraksi dengan budaya masyarakat sekitar. Hmmm...

Beda lagi alasan traveler satu ini membawa oleh-oleh. Karena alasan itu ia tak terlalu mementingkannya.

Apa itu? Traveler asal Indramayu, Syaksiyatus Syifaaur Rahman ini mengaku oleh-oleh yang seringkali ia bawa hanya berupa foto.

Iya hanya foto-foto saat perjalanannya adalah buah tangannya. Itulah pengertian oleh-oleh kata dia.

Beragam ya alasan para traveler yang malas membawa oleh-oleh. Setidaknya, kalaupun Anda berlibur dan membawa oleh-oleh akan membantu perekonomian masyarakat sekitar dan memberi kebahagiaan pula bagi orang sekitar. Sederhana bukan?

(msl/fay)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Pro Kontra Oleh-oleh
Pro Kontra Oleh-oleh
18 Konten
Liburan kurang afdol kalau pulang tidak bawa oleh-oleh. Namun, belanja oleh-oleh itu antara terpaksa dan sukarela. Benar nggak sih?
Artikel Selanjutnya
Hide Ads