Ditemui di kantornya, Kepala Disbudpar Garut, Budi Gangan mengatakan, batu-batu tersebut merupakan batu peninggalan zaman megalitikum. Budi mengatakan, batu tersebut telah ada sejak zaman prasejarah.
"Batu itu terletak di tengah-tengah punden berundak yang terletak di Situs Pasir Lulumpang. Batu itu berada di punden ke-2 dan ke-3 situs tersebut. Letaknya berjajar membujur dari arah timur ke barat dengan jarak sekitar 6 hingga 7 meter," ungkap Budi kepada detikcom di Kantor Disbudpar, Jalan Ciledug, Garut Kota, Garut, Jumat (4/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi mengatakan, batu andesit tersebut dulunya dipakai oleh masyarakat prasejarah untuk menumbuk padi. " Lulumpang itu Bahasa Sunda yang artinya tempat menumbuk padi. Lubang di tengah batu itu merupakan tempat menumbuk padinya," katanya.
"Di tiga batu tersebut setiap lubang berukuran 23-45 centimeter. Lubang terletak di bagian atas batu dengan permukaan datar," Budi menambahkan.
BACA JUGA: Foto: Misteri Batu Berlubang di Garut
Namun, Budi mengatakan, tidak ada kaitannya antara Situs Pasir Lulumpang dengan Candi Cangkuang yang letaknya tidak terlalu berjauhan.
"Tidak berkaitan sama sekali, karena berbeda zaman. Situs Pasir Lulumpang itu peninggalan zaman megalitikum, sementara Candi Cangkuang adalah peninggalan zaman Hindu Klasik. Memang letaknya sekitar 8 kilometer, tapi tidak ada kaitannya," ucapnya.
Situs Pasir Lulumpang tersebut, kata Budi, telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan berstatus sebagai situs yang dilindungi sejak tahun 2002. Pengelolaannya kini ditangani oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Garut. (wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
Foto: Aksi Wulan Guritno Main Jetski di Danau Toba