Ialah Muhamad Gunawan (59) yang akrab disapa Ogun oleh kawannya di komunitas Wanadri. Masuk di komunitas pecinta alam tersohor tahun 1981 silam, Ogun berada di angkatan Angkatan Kabut Rimba.
Ia kelahiran asli Jakarta dengan kedua orang tua berasal dari Belitung. Ogun pernah mendaki atap dunia namun belum menggapai puncak karena dalam pendakiannya saat itu badai menerjang. Kali ini, ia harus berusaha ekstra dalam usahanya kedua karena sebagai penyandang kanker yang menyerang THT-nya stadium 4.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menarik memang, karena saya harus bersiap dengan segala hal yang berkaitan juga kondisi tubuh sekarang, penyandang kanker," imbuh dia.
Dalam perjalanannya ke atap dunia, Ogun akan ditemani tim dari Wanadri yang dinamakan 'Ogun Road To Everest'. Sebelum itu, ia bercerita bahwa pernah mendaki Everest untuk pertama kali, pada tahun 1981. Ia ditawari ke Ekspedisi ke Himalaya dan Alpen padahal masih anggota muda dan belum punya nomor di komunitasnya. Namun hal itu urung berjalan karena terkendala pengurusan paspor.
![]() |
Pada tahun 1985, Ogun sekolah gunung di Indonesia, yakni mountainering course, yakni kursus langsung di gunung. Setelahnya ia mendaki ke Cartenz, Kilimanjaro dan pada 1989, ia sekolah lagi berupa kursus 'ice climbing' di Amerika Serikat.
Perjalanannya berlanjut sekira tahun 1990-1994 ia berlalu-lalang menjadi guide di Papua. Sibuk persiapan rencana Everest yang kedua dan baru pada tahun 1997 ia menapaki puncak tertinggi dunia.
"Terakhir 200 meter sebelum puncak badai. Kita enggak bisa istirahat di camp terakhir karena berada di ketinggian 8000 MDPL atau deadzone. Lalu kita turun istirahat dan ekspedisi di stop," kata Ogun teduh.
Pemberhentian ekspedisi dikarenakan adanya tim yang sudah menggapai puncak terlebih dulu. Ada dua tim yang mendaki Everest saat itu, yakni dari jalur selatan dan utara, yang selatan sudah sampai puncak dahulu.
"Waktu saya summit tim selatan sudah turun di Kathmandu. Itu ikut Tim Kopassus yang dikomandoi Prabowo. Sedih memang. Tim selatan lebih cepat startnya. Kami urung menggapai puncak karena pengaruh angin dan cuaca. Selatan lebih punya peluang dibanding lewat utara. Itulah keuntungan memberangkatkan dua tim ekspedisi," urai dia.
Kini keadaan Ogun sudah lebih baik dengan sebelumnya mendapat pengobatan kemoterapi. Ia berlatih beban dengan lebih banyak mendaki gunung. Kalau ekspedisi dulu, ia berlatih seperti berlari. Kalau sekarang ia mempunyai resiko dan hanya jogging pelan saja untuk menghindari cidera yang butuh penyembuhan lebih lama karena di usia yang tak lagi muda.
Sebagai pendaki maupun pecinta alam, Ogun mempunyai filosofi bahwa ia sudah terdidik tidak mudak menyerah dan berani berjuang. Ia akan mengambil apapun resiko dengan prinsip yaitu mengenali diri sendiri.
"Saya ingin sembuh dari kanker nasofaring. Kemarin sudah stadium empat. Kuping budeg. Nafas susah. Kepala sakit. Saya sendiri pernah merokok dari tahun 1974 sampai 1980 lalu berhenti dan merokok lagi 1981-1984. Habis itu tidak pernah lagi karena mau ke Everest," cerita dia dalam hal penyakit yang diidapnya.
Kini, ia mempunyai misi lainnya saat mendaki Everet. Ia ingin menyebarkan inspirasi bahwa jika traveler sadar betul persiapan tidak mudah bagi yang sakit ia pun ingin menginspirasi bagi yang penderita serupa bahwa mereka bisa ke atap dunia.
"Kini saya sering ke rumah rehabilitasi pecandu narkoba yang rata-rata para pecandu itu kehilangan arah hidup, menentukan langkah, juga berjuang. Saya ingin mereka jangan cepat menyerah, karena nanti nikmat rasanya kalau mendapatkan mimpi," terang Ogun.
"Saya enggak tahu kapan anfal dan passed away. Saya mau ajak, bahwa setipis apapun kesempatan itu kita mau dorong kemauannya dan jangan takut," tambah dia lagi.
Ogun juga mempunyai pesan-pesan bagi traveler muda pendaki atau pecinta alam. Apa itu?
"Lu mesti punya mimpi, kenali, persiapkan diri. Kalau kita sehat enak menikmati. Saran, jangan malam-malam kalau kita mendaki karena tidak bisa melihat apa-apa. Bahayanya pun lebih besar. Keberadaan cita dan mimpi bahwa setiap kalian harus punya Everest-nya sendiri-sendiri. Mau se kaya apapun boleh lalu susun langkah-langkah buat meraihnya. Kita lihat ini akan ke sana, upayakan. Kalau belum baik lakukan cara lain dengan dasar positif jangan nakal atau lakukan jujur. Kalau enggak positif yakinilah bahwa karma itu ada. Apalagi keluarga akan merasakannya juga, seperti yang dilakukan para koruptor," tegas Ogun.
(rdy/aff)
Komentar Terbanyak
Kisah Tragis Model Cantik Belarusia: Diculik-Dibunuh di Myanmar, Organ Dijual
Benarkah Harimau Takut Kucing? Ini Penjelasannya
Menyusuri Kemang Raya, Kawasan Elite yang Masuk Daftar Kawasan Terkeren di Dunia