Seychelles hanya punya 100 ribu penduduk dan 115 pulau, ini negeri yang tidak besar. Namun pulau-pulau tropisnya justru menjadi destinasi wisata populer untuk turis Eropa. Di sana ada pantai berpasir putih dan laut biru yang cantik.
Tapi untuk mencapai pulau-pulau wisata itu, tentu butuh transportasi yang memadai untuk wisman. detikTravel diundang Seychelles Tourism Board dan Kedubes Seychelles Jakarta untuk island hopping, Senin (11/12/2017) dari Pulau Mahe, ke Pulau La Digue, Pulau Praslin dan kembali ke Pulau Mahe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dek penumpang ada 3. Yang paling atas terbuka untuk menikmati pemandangan. Banyak wisatawan bulan madu menikmati momen romantis di atas kapal ini. Pantauan detikTravel, kapal ini isinya mayoritas wisatawan.
Saya transit kapal di Praslin dan berganti kapal lebih kecil menuju La Digue. Di dermaga Praslin dan La Digue tampak banyak wisatawan. Mereka berderet antre untuk naik kapal ke berbagai tujuan.
![]() |
Pulang dari Praslin ke Mahe, saya naik pesawat Twin Otter milik maskapai Air Seychelles. Kapal baling-baling ini kecil, kapasitas penumpangnya sekitar 20 orang saja. Tas saya peluk karena tidak cukup ruang di bawah kursi.
Terbang sekitar 20 menit, saya sudah kembali ke Pulau Mahe. Kalau membandingkan penerbangan domestik dengan pesawat kecil di Seychelles dan Indonesia timur, kurang lebih sama.
Tapi untuk kapal penyeberangan antarpulau dengan catamaran, mungkin kita perlu belajar. Kita punya beberapa jenis speed boat dan memang tidak persis sama. Yang beda adalah, Seychelles mempersiapkan semua kapalnya untuk dinaiki wisatawan juga, bukan sekadar warga lokal.
detikTravel pun berbincang dengan Special Envoy of President Seychelles for ASEAN, Nico Barito. Menurut dia Indonesia dan Seychelles sama-sama negara kepulauan, namun ada perbedaan untuk transportasi laut dimulai dari dermaganya.
"Di Indonesia, tiap objek wisata tidak ada dermaga tersentral kecuali di kota besar. Pengalaman saya ke Nias dan Derawan, fasilitas dermaga belum memadai," kata Nico.
Di beberapa destinasi, para operator wisata membuat dermaga masing-masing yang akhirnya jadi merusak pemandangan. Belajar dari Seychelles, setiap pulau destinasi wisata harus punya dermaga terpusat dan fasilitasnya bersih dan nyaman untuk wisatawan.
![]() |
"Mesti bikin dermaga tersentralisir, sistem penjualan tiket yang benar dan memikirkan asuransi pelayaran," jelasnya.
Menurut dia mayoritas kapal penyeberangan antarpulau di Seychelles dikelola pemerintah. Wisman memang membayar lebih mahal dari warga lokal. Sedangkan pihak swasta mengelola yacht untuk wisatawan yang liburan mewah.
Sementara untuk penerbangan perintis, menurut Nico hanya beberapa pulau saja dengan pertimbangan jumlah penduduk. Pesawat domestik tersedia di Pulau Mahe (Mahe International Airport), Praslin, Dennis, Bird dan Aldebra.
"Ini relatif karena ada pulau tidak terlalu banyak yang dihuni. Tapi maskapai Air Seychelles melayani rute internasional juga dari Pulau Mahe," jelas Nico.
Menurut Nico, meski Seychelles negara kecil, mereka percaya diri untuk membangun transportasi antarpulau yang bagus demi mendukung pariwisata. Indonesia menurutnya sudah punya modal alam bahari yang bagus, tinggal aksesnya diperbaiki, turis pasti akan datang ke sana.
"Pulau-pulau kecil Indonesia bisa belajar dari Seychelles untuk mengelola ekonomi (pariwisata-red) dengan baik. Laut kita sama-sama bagus," pungkasnya. (fay/fay)
Komentar Terbanyak
Ada Gerbong Khusus Merokok di Kereta, Kamu Setuju?
Cerita Tiara Andini Menolak Tukar Kursi sama 'Menteri' di Pesawat Garuda
Terpopuler: Dedi Mulyadi Terancam Dicopot, Ini Penjelasan DPRD Jabar