Dalam catatan redaksi detikTravel, ketika menyambanginya pada beberapa waktu lalu, kondisi museum ini jauh dari kata terawat, Museum Bahari seolah menjerit lewat tuanya bangunan.
Mengenaskan, mungkin kata itu yang cocok menggambarkan kondisi Museum Bahari yang sudah ada sejak 1656 di Jalan Pasar Ikan 1, Penjaringan, Jakarta Utara. Banyak bagian museum yang tak terawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagian dalam Museum Bahari (Ari Saputra/detikTravel) |
Selayaknya museum, Museum Bahari kita (sesuai namanya) menyimpan begitu banyak jejak-jejak kejayaan bahari Indonesia. Dirangkum detikTravel dari berbagai sumber termasuk website resmi Tourism Jakarta, Selasa (16/1/2018) ada sekitar 800 koleksi kebaharian Indonesia di tempat ini, mulai dari lukisan perahu tradisional hingga sejarah pelabuhan besar di Indonesia.
Di Museum Bahari pula kita dapat melihat dan mempelajari kemaritiman, serta armada pertahanan laut Indonesia tempo dulu. Koleksinya mulai dari jangkar kapal laut, meriam, navigasi perkapalan, teropong, serta miniatur-miniatur kapal nelayan.
Koleksi Museum Bahari (Ari Saputra/detikTravel) |
Selain itu, museum ini pun menampilkan Matra TNI AL dari masa ke masa, yang dijaga serta dirawat secara baik dan disimpan secara rapi di ruang museum. Ada pula Menara Syahbandar yang tidak bisa terlepas dari sejarah Museum Bahari.
Dahulu menara ini berfungsi sebagai pemantau kapal-kapal di Batavia yang keluar-masuk melewati jalur laut. Lokasi menara ini sekitar 50 meter sebelum museum bahari.
Potret pesisir Jakarta zaman dulu di Museum Bahari (Ari Saputra/detikTravel) |
Sejarah singkat gedung Museum Bahari dimulai dari sebuah bekas gudang rempah-rempah VOC. Hal ini tidak lepas dari ramainya perdagangan pada masa dulu di lokasi sekitar museum.
Gudang tersebut mengalami perubahan pada tahun 1718, 1719 dan 1771. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia II meletus (1939-1945) gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan militer tentara Dai Nippon.
Bagian luar Museum Bahari (Ari Saputra/detikTravel) |
Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang logistik PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram). Setelahnya, gudang bersejarah itu tampak lebih utuh setelah direnovasi Pemda DKI Jakarta dan diresmikan menjadi Museum Bahari oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 7 Juli 1977.
Waktu operasional Museum Bahari dari hari Selasa-Minggu, dengan waktu buka antara pukul 09.00-15.00 WIB. Pengunjung museum ini, selain turis lokal, banyak juga turis asing. Bukan hanya memberikan perjalanan wisata yang menarik, museum ini pun memberikan edukasi ilmu pengetahuan bagi para pengunjungnya.
Museum Bahari memang jadi destinasi dalam paket tur bagi wistawan mancanegara. Tak ayal jika, kita melihat lebih banyak bule yang lalu lalang di Museum Bahari dibanding wisatawan lokal.
Semoga kebakaran Museum Bahari hari ini, Selasa (16/1), cepat teratasi. Museumnya bisa kembali dikunjungi dan semoga tidak ada bencana lagi di sana. (msl/aff)












































Bagian dalam Museum Bahari (Ari Saputra/detikTravel)
Koleksi Museum Bahari
Potret pesisir Jakarta zaman dulu di Museum Bahari
Bagian luar Museum Bahari (Ari Saputra/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Kisah Tragis Model Cantik Belarusia: Diculik-Dibunuh di Myanmar, Organ Dijual
Benarkah Harimau Takut Kucing? Ini Penjelasannya
Menyusuri Kemang Raya, Kawasan Elite yang Masuk Daftar Kawasan Terkeren di Dunia