Saat Orang Australia Kagumi Solo Batik Carnival Hingga Rendang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Saat Orang Australia Kagumi Solo Batik Carnival Hingga Rendang

Afif Farhan - detikTravel
Minggu, 18 Feb 2018 22:00 WIB
Foto: (dok KBRI Canberra)
Canberra - Indonesia punya ragam budaya hingga kuliner. Maka tak ayal, orang-orang Australia saja sampai memujinya.

Penampilan Solo Batik Carnival bersama Tim Budaya Nusa Tenggara Timur (NTT) tampil di Parade Budaya National Multicultural Festival (NMF) 2018 di Canberra, Australia Sabtu (17/2) kemarin. Ada beragam jenis kostum yang atraktif, Tari Bajidor, Kuda Lumping, kostum Tari Kecak, dan Gamelan Bali serta Ondel-Ondel Jakarta

"Menurut penilaian saya, Tim Parade Indonesia merupakan yang terbaik. Sangat lengkap dan unik," kata Jessica Owen, salah satu pengunjung yang menyaksikannya seperti dalam rilis KBRI Canberra yang diterima detikTravel, Minggu (18/2/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

NMF merupakan ajang perhelatan multi seni-budaya dan makanan serta tarian terbesar di Ibu Kota Australia yang diadakan setiap tahun dan diikuti oleh komunitas dari berbagai negara di dunia. Rata-rata pengunjung yang datang mencapai hampir 300 ribu orang.

Saat Orang Australia Kagumi Solo Batik Carnival Hingga RendangFoto: (dok KBRI Canberra)


Partisipasi Solo Batik Carnival yang didatangkan langsung dari Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan juga peragaan busana tradisional NTT yang mengetengahkan tema kebhinekaan Indonesia yang dibawakan oleh tim gabungan yang terdiri dari penari dari Solo, pelajar Indonesia di Australia dan staf KBRI Canberra, tampak sangat menonjol dibandingkan peserta lainnya, seperti dari China, India, atau Brazil.

Di sepanjang Parade yang dilakukan di sepanjang jalan London Circuit yang berada di pusat Kota Canberra, penampilan mereka sangat dielu-elukan dan menjadi sasaran bidikan kamera para penonton.

Kata-kata 'Wow' berulang kali terlontar dari para penonton ketika menyaksikan parade Indonesia khususnya para peraga Solo Batik Carnival berlenggak-lenggok memamerkan keindahan kostumnya. Paviliun Indonesia yang dibuka oleh KBRI Canberra juga menjadi salah satu stand yang paling besar dibandingkan kedutaan besar asing lainnya yang ikut NMF.

Saat Orang Australia Kagumi Solo Batik Carnival Hingga RendangFoto: (dok KBRI Canberra)


Menteri urusan Multikultural Canberra, Rachel Stephen-Smith dan Komisioner untuk International Engagement Kota Canberra, Brendan Smyth menyempatkan diri mengunjungi Paviliun Indonesia yang berada di ASEAN Village. Acara pembukaan ASEAN Village di NMF tahun ini dihadiri oleh seluruh Duta Besar negara anggota ASEAN di Canberra serta wakil dari Pemerintah Australian Capital Territory dan dikoordinasikan oleh Indonesia selaku Ketua ASEAN Committee in Canberra (ACC). Selain pertunjukan budaya negara anggota ASEAN, diperdengarkan juga ASEAN Anthem pada acara pembukaan ASEAN Village.

Menurut Wakil Duta Besar RI, M.I. Derry Aman, partisipasi Indonesia di NMF bertujuan untuk mempromosikan kuliner, budaya dan pariwisata Indonesia di kalangan publik Australia.

"Posisi Indonesia sebagai destinasi terfavorit bagi wisatawan, pelajar, mahasiswa serta sukarelawan Australia yang berplesiran ke luar negeri setelah Selandia Baru, semakin memotivasi KBRI untuk selalu menggelar berbagai bentuk promosi yang inovatif," ujar diplomat yang sebelumnya menjabat sebagai salah satu Direktur Kerjasama ASEAN di Kemlu RI.

Saat Orang Australia Kagumi Solo Batik Carnival Hingga RendangFoto: (dok KBRI Canberra)


"Setiap kali mengikuti NMF, Tim Parade dan juga Paviliun Indonesia senantiasa menjadi primadona pengunjung", imbuhnya.

Seorang pengunjung, Oliver Henderson yang tak pernah ketinggalan menghadiri NMF dalam 7 tahun terakhir, menyebut keikutsertaan Indonesia di NMF dalam beberapa tahun terakhir ini semakin menarik dan terbukti telah memberikan kontribusi pengayaan multibudaya di Canberra.

Memang, dalam Parade maupun pertunjukan budaya yang ditampilkan oleh KBRI Canberra sebagian pesertanya adalah pelajar dan masyarakat Australia. Hal ini menunjukkan betapa tingginya minat publik Australia untuk mempelajari seni dan budaya Indonesia.

(aff/aff)

Hide Ads