Kawasan Tukad Bindu di Denpasar, Bali dipilih karena menjadi salah satu kawasan wisata berbasis komunitas yang terbilang sukses. Padahal tadinya daerah ini dipenuhi ilalang dan sampah.
Berawal dari keprihatinan soal lingkungan itulah beberapa warga sepakat untuk mengelola dan menata Tukad Bindu. Ide awal untuk menata kawasan ini tercetus pada 2010 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal lokasi tersebut memiliki beberapa aset peninggalan Belanda seperti bendungan dan jembatan. Penataan kawasan itu dimulai oleh warga dari empat banjar.
"Pertama kita bersihkan bantaran di sini, gulma-gulma, pohon yang semrawut, dan tumpukan bahan bangunan kita ratakan. Di sini yang tadinya nggak bisa jalan karena penuh timbunan sampah mulai kita bersihkan," kata Gusde.
![]() |
Tak hanya itu, butuh waktu 1,5 tahun untuk mengedukasi mesyarakat pentingnya menjaga kebersihan sungai. Perjuangan panjang itu pun kemudian berbuah manis, pada 2017 warga setempat sepakat untuk membentuk Yayasan Tukad Bindu yang bertugas untuk mengelola kawasan tersebut.
Tak ada biaya masuk untuk berkunjung ke Tukad Bindu ini, melainkan kotak amal sukarela. Sementara bagi warga yang ingin menggunakan Tukad Bindu untuk mengadakan acara bisa meminjam tempat lewat yayasan tersebut. Dengan catatan wajib memesan makanan maupun minuman di yayasan tersebut.
![]() |
Seiring berjalannya waktu kini Tukad Bindu pun sudah semakin cantik. Ada lampu hias di kanan-kiri sungai, ruang ekpresi bagi warga, pujasera hingga aneka permainan anak.
Yang tadinya tengah hari bolong tak berani ke Tukad Bindu kini malah ramai oleh anak-anak dan aktivitas warga. Cerita Tukad Bindu ini patut dicontoh destinasi lainnya! (rdy/aff)
Komentar Terbanyak
Wisatawan Bekasi Dicegat Akamsi Cianjur, Pemkab Jamin Wisata Aman dan Nyaman
Tak Lagi Jadi Menkeu, Sri Mulyani Sibuk Liburan ke Yogya
Wisatawan Bekasi Dicegat Akamsi Cianjur, Polisi Mediasi