Ini Alasan BTB Kumpulkan Pengusaha China Bahas Wisata Murah Bali

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Alasan BTB Kumpulkan Pengusaha China Bahas Wisata Murah Bali

Aditya Mardiastuti - detikTravel
Selasa, 23 Okt 2018 12:30 WIB
Foto: Ketua BTB, Agung Partha (Aditya Mardiastuti/detikTravel)
Sanur - Upaya penertiban praktek jual murah pariwisata Bali ke turis China diwarnai tudingan main mata antara pengusaha dan asosiasi. BTB pun memberikan klarifikasi.

Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana menjelaskan tujuannya bertemu dengan para pengusaha tersebut untuk meminta komitmen menyetop penjualan wisata murah Bali ke turis China.

Agung Partha mengaku pertemuan itu merupakan inisiatif para pedagang usai sidak yang dilakukan wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) ke toko di kawasan Benoa, Kamis (18/10) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Akhirnya sepulang dari situ yang punya toko mungkin galau juga, kenapa toko saya diubek-ubek. Akhirnya mereka ingin bertemu, Sabtu kantor kan tutup. Di tempat ini kita bertemu, saya ingin dengar aja maunya apa. Ternyata mereka maunya orang dagang nggak mau niat main keras. Saya ikutin deh biar saya hidup," kata Agung Partha saat jumpa pers di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, Senin (22/10/2018).

Agung Partha menambahkan dari cerita para pengusaha travel yang biasa melayani pasar turis China itu mengaku kapok menjalankan bisnis nakalnya.

Mereka juga melaporkan bahwa telah berjanji dengan (Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) yang khusus menangani market China, Bali Liang, untuk menyetop praktiknya pada awal tahun depan.

"Dia sebenarnya bersepakat dengan Bali Liang untuk menghentikan jual beli kepala tapi pada Januari, saya bilang 'you bisa cepat nggak? Desember gitu jangan lama-lama'. Jadi kalau ini saya biarkan tahu nggak berapa, dari 3.000-3.500 tamu China kita 60 persennya mengikuti ini lho. Tambah bolong ini devisa kita, saya sebagai penanggung jawab organisasi ini nggak bener ini pulau saya diginikan," jelasnya.



"Akhirnya mereka menuliskan sesuatu mereka tanda tangan, saya juga tanda tangan di situ 1 Desember ya. Karena ini Pak Wagub nggak tahu, Pak Konjen (China) nggak tahu, jangan dibawa kemana-mana dulu karena saya harus lapor ke bos saya. Akhirnya saya lapor Pak Wagub, beliau bilang 'selesaikan niki baiknya bagaimana' karena saya yakin mereka sudah ada izin kok, kalau yang lain saya nggak ngerti. Satupun saya nggak tanya kok ini barang masuknya dari mana, orang ada izinnya nggak, saya hanya nanya ngakunya orang Bali tapi nggak bisa diajak bahasa Indonesia, gitu aja," sambungnya.

Agung Partha menambahkan praktik jual-beli turis dengan hitungan per kepala ini sudah dilakukan di Indonesia sejak 2001 silam. Dia lalu membandingkan pengeluaran antara turis China hingga turis Australia di Bali.

"Itu bahan saya untuk memperbaiki tata niaga yang dari tahun 2001 tak terselesaikan, 2006 Thailand itu sudah beres lho. 2017 dia sudah clear, normal dia. Spending kita itu rendah sekali cuma USD 900 4 malam 5 hari tamu China itu, kalau Thailand itu sudah USD 2.200-an, Australia USD 8 ribu itu 10 juta wisatawan lho Australia, yang dijual apa rempah-rempah nggak ada mereka jual madu, seperti China itu," terangnya.

Agung Partha juga menyebut dari hasil studinya di Monash University, turis China rupanya pangsa pasar yang potensial. Hanya saja, selama ini yang berkunjung ke Bali karena praktik jual-beli kepala itu merupakan turis dari kalangan menengah ke bawah.

"Ternyata kemungkinan up market Tiongkok itu sangat besar, mereka ke Bali hanya 1 persen, masih ada 99 persen peluang. Kalau kita pikir target Bali 2 juta saja 2020 Bali ada 200 juta itu wisatawan ke sini, akan ada 100 tahun nilai value turis Tiongkok kalau dia stagnan ya 2 juta yang punya paspor. Jangan kita berpikir pendek gara-gara jual-beli kepala dan toko ini. Ini kita tuntaskan 1 Desember praktik ini gim, nggak ada lagi, dan bahan ini akan dibawa ke pemerintah, apakah itu nanti dikuatkan pergub, perda apalah saya nggak ngerti," paparnya.

"Yang penting ini sudah ketemu pak masalahnya apa, kayak orang cancer itu, CT Scan dulu masalahnya apa. Saya belajar kemana-mana, tanya kemana-mana untuk menyelesaikan ini, dan akhirnya ketemulah ini," imbuh Agung Partha.



Dia menegaskan dalam kasus ini tak melakukan kecurangan alias main mata. Dia menyebut keinginan untuk bertemu dengan para pengusaha tak lebih untuk menuntaskan masalah jual-beli kepala yang merugikan pengusaha lokal.

"Jadi kalau saya salah nggak mungkin saya dibackup sama teman saya. Kalau saya cheating untuk kepentingan saya sendiri nggak mungkin temen-temen membela saya. Dalam hal ini sangat transparan," tegasnya.

"Konjen bilang sangat bagus sekali, ini ada chatnya dari konjen, 'Ini bagus sekali kamu akan mengalami penurunan sedikit tp setelah itu bakal mngalami gelombang wisatawan China yang berkualitas. Saya punya mimpi Bali akan saya jadikan the best destination untuk China market, please help me'. Ini konjen bilang gitu, saya merinding lho. Karena Bali tuh nggak ada lagi, masa orang asing punya pikiran gitu, saya orang Bali nggak bantu dia," ujarnya.

Agung Partha berharap ada para pengusaha dan pihak-pihak terkait sama-sama berkomitmen untuk menuntaskan praktik jual-beli kepala yang merugikan pengusaha lokal ini. Dia khawatir jika isu ini dibiarkan bergulir akan dipolitisir oknum-oknum untuk mengambil keuntungan.

"Intinya ini terjadi karena kurang komit, saya merasa orang sini ayo Bali untuk kita. November Menteri China ada rencana datang ke sini, sekarang beliau lagi di Beijing maka harus anda redam. Kalau dibiarkan panjang ada isu SARA, saya takut dipolitisir. Ini simpel saja, saya minta masyarakat Bali, kita nggak punya minyak, kelapa sawit, ladang di pariwisata, mumpung gubernur dan wagubnya baru jadi kerjanya spartan, semua stake holder, semua tidak terkecuali komit," harapnya.




Tonton juga 'Teknologi hingga Kesenian Desa Mejeng di GWK Bali':

[Gambas:Video 20detik]

(wsw/wsw)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Bali Dijual Terlalu Murah
Bali Dijual Terlalu Murah
20 Konten
Paket pariwisata Bali dijual terlalu murah untuk turis China. Praktik ini dikritik karena merugikan Indonesia. Lantas apa solusinya?
Artikel Selanjutnya
Hide Ads