Sabtu, 08 Des 2018 22:05 WIB
TRAVEL NEWS
Pelaku Usaha Wisata Khawatir Taman Nasional Komodo Sepi Pengunjung
Nabilla Nufianty Putri
detikTravel

FOKUS BERITA
Polemik Tiket Komodo
Jakarta - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita), Asnawi Bahar menanggapi pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat yang mengatakan tak ada perlindungan buat manusia di Taman Nasional Komodo. Menurutnya, pernyataan itu bisa berdampak buruk ke pariwisata. Wisatawan bisa takut berlibur ke Taman Nasional Komodo.
"Bahasa yang digunakan terlalu vulgar. Terlalu berlebihan. Bahasa ini bisa menjadi polemik. Khususnya bagi pariwisata. Pernyataan Gubernur bisa mendatangkan rasa worry (takut) bagi pengunjung," kata Asnawi dalam keterangan tertulis, Sabtu (8/12/2018).
Pernyataan mengenai Taman Nasional (TN) Komodo itu dilontarkan Viktor dalam sambutan pada rapat kerja triwulan III Polda NTT di Hotel Aston, Rabu (5/12/2018).
Saat itu Viktor mengatakan tak ada perlindungan manusia di Taman Nasional Komodo. Sehingga, manusia boleh mati. Sementara, komodo harus dilindungi agar tak boleh mati. Sementara menurut Asnawi keamanan wisatawan jelas menjadi faktor utama dalam sektor pariwisata.
Bukan hanya soal keamanan yang membuat Taman Nasional Komodo mendapatkan sorotan pelaku industri pariwisata. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi NTT juga menyatakan akan menaikkan harga tiket masuk ke Pulau Komodo. Jumlahnya mencapai USD 500.
Harga tersebut dinilai terlalu mahal, bahkan bisa membuat turis beralih ke destinasi lain. Dampaknya, kunjungan ke Taman Nasional Komodo akan semakin menurun.
Jika dikonversikan, USD 500 setara dengan Rp 7 juta (kurs USD 1 = Rp 14.421). Tarif ini berlaku bagi wisatawan mancanegara. Sedangkan bagi wisatawan nusantara, tiketnya akan dikenakan USD 100 atau setara Rp 1,4 juta.
Bagi Pengamat Pariwisata, Tedjo Iskandar, harga tiket yang diusulkan terlalu berlebihan. "Harga yang tidak masuk akal. Buat apa turis harus bayar hingga USD 500?" katanya.
Tedjo yang berpengalaman menjadi tour leader, menilai Taman Nasional Komodo tidak akan menjadi pilihan wisman dengan biaya sebesar itu. Menurutnya, Thailand akan menjadi pilihan wisatawan jika TN Komodo menawarkan harga yang mahal. (prf/fay)
"Bahasa yang digunakan terlalu vulgar. Terlalu berlebihan. Bahasa ini bisa menjadi polemik. Khususnya bagi pariwisata. Pernyataan Gubernur bisa mendatangkan rasa worry (takut) bagi pengunjung," kata Asnawi dalam keterangan tertulis, Sabtu (8/12/2018).
Pernyataan mengenai Taman Nasional (TN) Komodo itu dilontarkan Viktor dalam sambutan pada rapat kerja triwulan III Polda NTT di Hotel Aston, Rabu (5/12/2018).
Saat itu Viktor mengatakan tak ada perlindungan manusia di Taman Nasional Komodo. Sehingga, manusia boleh mati. Sementara, komodo harus dilindungi agar tak boleh mati. Sementara menurut Asnawi keamanan wisatawan jelas menjadi faktor utama dalam sektor pariwisata.
Bukan hanya soal keamanan yang membuat Taman Nasional Komodo mendapatkan sorotan pelaku industri pariwisata. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi NTT juga menyatakan akan menaikkan harga tiket masuk ke Pulau Komodo. Jumlahnya mencapai USD 500.
Harga tersebut dinilai terlalu mahal, bahkan bisa membuat turis beralih ke destinasi lain. Dampaknya, kunjungan ke Taman Nasional Komodo akan semakin menurun.
Jika dikonversikan, USD 500 setara dengan Rp 7 juta (kurs USD 1 = Rp 14.421). Tarif ini berlaku bagi wisatawan mancanegara. Sedangkan bagi wisatawan nusantara, tiketnya akan dikenakan USD 100 atau setara Rp 1,4 juta.
Bagi Pengamat Pariwisata, Tedjo Iskandar, harga tiket yang diusulkan terlalu berlebihan. "Harga yang tidak masuk akal. Buat apa turis harus bayar hingga USD 500?" katanya.
Tedjo yang berpengalaman menjadi tour leader, menilai Taman Nasional Komodo tidak akan menjadi pilihan wisman dengan biaya sebesar itu. Menurutnya, Thailand akan menjadi pilihan wisatawan jika TN Komodo menawarkan harga yang mahal. (prf/fay)