Meskipun hewan ini hidup liar, namun ia ramah terhadap manusia. Salah seorang pemandu wisata di Alor menjadi sahabatnya.
"Dugong ini adalah berkah untuk pribadi saya. Sudah 12 tahun batin dia dan batin saya saling tahu (kontak batin dengan dugong)," kata Onesimus Laa (53) dalam keterangan tertulis, Minggu (3/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah awal mula pertemanan mereka terbilang unik. One bercerita, sekitar tahun 2007, dia rajin menanam mangrove di Pulau Sika, yang merupakan pulau milik leluhurnya. Pulau seluas 8 hektar ini dikenal sakral dan tak ada manusia yang tinggal di dalamnya.
Di pulau ini ada makam Sultan Alamudin, yang disebut-sebut sebagai keturunan Walisanga. One rajin merawat makam dan pulau keramat tersebut seorang diri. One memang pencinta lingkungan dan sangat peduli dengan kelestarian tanah kelahirannya itu.
Suatu hari, istri One marah karena keterbatasan perekonomian keluarga mereka. Dengan hati yang gelisah, One tetap pergi ke Pulau Sika untuk menanam mangrove. Dia yakin, usahanya mencintai alam tak akan sia-sia.
"Nah waktu itu saat keluar dari Pulau Sika, ikan ini muncul dan mulai ikut saya sampai di muara," katanya.
Kejadian itu terulang lagi selama dua hari berturut-turut. Kemudian di hari ketiga, One memutuskan turun dari perahu dan mendekati ikan dugong itu.
"Saya turun jangkar, (berkata) 'maksudnya apa ini?'. Dia lalu cium tangan saya. Sejak saat itu rasa takut saya hilang," kata One.
One yang kala itu belum tahu jenis kelamin si dugong, memberinya nama Mawar. Seiring berjalannya waktu, ikatan batin One dengan dugong Mawar semakin erat. Setiap One datang ke Pulau Sika, Mawar selalu muncul dan mengikutinya. Saat dia membawa turis ke Pulau Sika, dugong Mawar tak pernah absen memunculkan diri.
"Kalau diinfo besok ada tamu, dia tahu, datang dia. 70 persen dia karakternya manusia," katanya.
Baca juga: Pulau Alor, Si Mutiara dari Timur Indonesia |
Benar saja, setelah berada di dekat Pulau Sika, One memanggil Mawar dengan bahasa yang hanya dipahami olehnya. Tak lama kemudian mamalia berwarna cokelat itu muncul. Dia meliuk-liuk dari sisi belakang perahu dan berputar-putar mengikuti arah perahu.
Saat One meminta dugong Mawar naik, dia memunculkan hidungnya ke permukaan air hingga terdengar suara nafasnya. One hanya mengizinkan pengunjung menyentuh Mawar atas persetujuannya.
"Sebenarnya dugongnya ada 3 ekor. Istrinya saya kasih nama Melati dan anaknya Siska. Tapi mereka belum bisa bertemu orang banyak, kalau saya sendiri bisa," tuturnya.
Meski akrab dengan Mawar, One tak pernah memberinya makan secara langsung. Sebab karakter binatang liar memang lebih suka mencari makan sendiri.
"Dia makanannya padang lamun, rumput laut. Sekali makan bisa 40 kg," katanya.
Selain keluarga Mawar, One menyebut masih ada sekitar 11 ekor dugong lain di perairan Alor. Dugong-dugong itu lebih banyak berkeliaran di sekitar Pulau Pantar, namun jarang memunculkan diri.
"Di sana mereka tidak mau dibuat seperti begini (obyek wisata), karena sudah pernah dimakan orang. Mereka marah," kata One.
One mengaku setiap hari dia selalu menyempatkan diri bertemu Mawar. Jika harus pergi ke luar kota, dia akan memberi tahu Mawar dan menyampaikan kapan akan pulang.
"Kalau saya mau pergi ke luar kota, saya bilang dia, jangan muncul, jangan berenang ke luar teluk, nanti dibunuh orang. Dia ikuti kata saya," ujarnya.
Rencananya, One akan menggiring 2 ekor paus untuk hidup di sekitar Pulau Sika bersama keluarga Mawar. Sehingga nantinya wisatawan yang singgah ke Pulau Sika dapat melihat paus berenang bebas di lautan. Tapi menurutnya dugong Mawar keberatan dengan idenya tersebut.
"Saya pernah ketemu paus 2 ekor di perairan ini. Rencananya mau saya kumpulkan, tapi dugongnya belum mau," kata One. (prf/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum