Suku Komodo adalah suku asli yang hidup di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Sebagian dari mereka kini menjual suvenir, menjadi pemandu wisata, atau menyediakan homestay. Untuk menggelar pertunjukan budaya Komodo, mereka jarang melakukannya.
Berjalan-jalan di perkampungan Pulau Komodo dan Pulau Rinca, banyak rumah panggung dari kayu yang berdiri, banyak pula rumah tembok yang berdiri. Ini adalah pemandangan umum di kawasan kepulauan. Lalu apa yang khas dari masyarakat Komodo selain dari reptilnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Makanan khas di sini gebang, tapi sudah tidak ada yang bikin karena repot," kata Aksan.
Warga kini lebih memilih sajian yang praktis-praktis saja. Saya coba bertanya ke warga tentang keberadaan pohon gebang, ternyata pohon itu sudah langka di kawasan perkampungan.
Bila ingin menemukan pohon gebang, maka orang harus pergi ke kawasan Loh Liang, titik masuk wisatawan yang hendak melihat reptil komodo. Tentu saja pohon gebang di kawasan Taman Nasional tidak boleh ditebang.
Selain makanan, Suku Komodo punya upacara tradisional, namanya Kolo Kamba. Bentuknya adalah tarian simbolik yang menceritakan perjuangan hidup leluhur-leluhur zaman dulu.
Seorang pemimpin (Ompu Dato) akan mendirikan kayu sekitar semeter. Gendang dipukul, para laki-laki menari, bersilat, hingga memukuli batang kayu tadi dalam keadaan trans mirip pemain kuda lumping di Jawa. Batang kayu tadi dipukul karena menjadi simbol kejahatan. Atraksi budaya itu sebenarnya bisa menarik wisatawan.
"Atraksi Kolo Kamba terakhir dipentaskan tahun 2015 saat menyambut tamu-tamu asing. Sekarang mau diadakan tapi kurang sponsornya. Saya punya niat membangkitkan kembali permainan itu," ujar Aksan.
![]() |
"Dulu waktu masih saya kecil, Aru Gele dan Kolo Kamba itu ada setahun dua kali. Sekarang, pelakunya sudah mencari nafkah sendiri-sendiri," kata Aksan.
Aksan menyebut warga lebih berfokus untuk jualan suvenir ketimbang menghidupkan kesenian, kuliner, dan kekhasan adat. Padahal bila kekhasan ini hidup, Desa Komodo bakal lebih semarak oleh wisatawan.
BACA JUGA: Mengenal Chip di Badan Komodo
Para turis tak hanya singgah di Loh Liang saja, tapi juga bakal ada yang lebih banyak menginap di homestay Desa Komodo hingga membelanjakan uangnya di perkampungan.
Aksan menyatakan, Desa Komodo mendapat dana desa Rp 770 juta tahun ini. Rencananya, bila sudah cair dana desa akan dialokasikan untuk membangun drainase dan pemberdayaan nelayan. Selain itu, geliat pariwisata di kawasan Desa akan coba ditingkatkan lewat dana desa.
"Akan dibuat tempat berdagang kuliner sampai malam hari, untuk mendukung wisatawan, rencanaya di dekat pelabuhan Kampung Komodo," kata Aksan.
Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva.
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!