Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Jumat (12/4/2019) banyak orang Swedia yang ikut andil dalam Flygskam. Ini adalah suatu gerakan untuk tidak naik pesawat dan memerangi polusi udara.
Polusi udara salah satunya berasal dari bahan bakar pesawat, pengatur udara dalam pesawat (AC), dan pengharum ruangan dalam pesawat. Avtur dan kerosin sebagai bahan bakar pesawat terbang akan menghasilkan emisi CO2, CHi, NOx, CO, dan SO2 yang mampu merusak merusak lapisan ozon di stratosfer. Itu pun berdampak pada pemanasan global.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Swedish Meteorological Institute juga menjelaskan, suhu tahunan rata-rata naik dua kali lebih cepat di Swedia daripada rata-rata global. Itulah yang membuat orang-orang Swedia menaruh perhatian serius sampai membuat gerakan untuk tidak naik pesawat.
![]() |
Orang-orang Swedia akan memilih transportasi darat seperti kereta api untuk berpergian. Dagens Nyheter, harian surat kabar di Swedia memberitakan bahwa 250 orang yang bekerja di industri film di sana menandatangani sebuah perjanjian untuk membatasi pengambilan di luar negeri. Artinya, syuting hanya dilakukan di negaranya dan kalau pun ke negara lain dapat ditempuh naik jalur darat, tidak pakai pesawat.
Bahkan, orang-orang Swedia sudah merasa malu untuk terbang karena begitu besarnya dampak polusi udara dari pesawat terbang. Mereka merasa bersalah.
"Saya malu untuk naik pesawat dan itu sudah mempengaruhi sudut pandang saya mengenai penerbangan," kata Viktoria Hellstrom, seorang mahasiswa ilmu politik berusia 27 tahun di Stockholm, kepada AFP.
![]() |
Operator kereta api Swedia, SJ mengungkapan bahwa pemesanan tiket kereta terus meningkat. Bahkan, di awal tahun ini sudah meinngkat 21 persen dibanding tahun sebelumnya dalam periode yang sama.
Akan tetapi, beberapa ahli psikologi menyebut Flygskam terlalu berlebihan. Tak dipungkiri, pesawat adalah transportasi yang sangat membantu dengan lebih cepat, jangkauannya luas dan efisien.
"Jangan berlebih-lebihan mengenai tidak mau naik pesawat. Polusi udara bukan hanya diakibatkan oleh pesawat terbang, tapi ada sebab-sebab lainnya seperti kebakaran hutan. Apalagi soal perubahan iklim atau pemanasan global, itu cakupannya lebih luas dan sekali lagi bukan hanya dari pesawat terbang," terang Frida Hylander, seorang psikolog dari Swedia.
BACA JUGA: Hotel Ajaib yang Bisa Kamuflase di Swedia
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol