Melansir CNN Travel, Kamis (16/5/2019), claustrophobia (takut akan ruang tertutup yang sempit) jadi ide awal proyek ini. Yakni membawakan otomatis selimut, makanan dan lain-lain ke tempat duduk Anda dari bagian dapur ke depan tempat duduk penumpang.
Bernadette Berger, direktur kreatif agensi Teague yang berbasis di Seattle, AS, memiliki ide tersebut dan akan mengganti dapur di pesawat dengan suatu mesin yang canggih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan hanya dapur, itu kantor, pintu masuk penyambutan, tempat tidur, ruang branding, ruang kerja. Semua itu, sekaligus, di satu tempat kecil," imbuh dia.
Inspirasi lainnya datang dari loker penjemputan paket Amazon dan vending machine atau penjual otomatis Jepang. Berger mulai membayangkan sebuah dapur yang dirancang ulang di mana loker on-board dapat menyimpan semuanya, mulai dari earbud hingga makanan. Bagaikan suatu mesin.
Tujuan pertama adalah memisahkan area tempat makanan disimpan, tempat penghangat, disiapkan dan disajikan. Semua itu akan dilakukan oleh robot.
"Penyimpanan dan pemanasan makanan akan diotomatiskan dengan sistem robot. Kemasan makanan siap pakai dapat disortir dan disimpan semua di rak bawah. Setelah makanan dipesan oleh penumpang, robot berlengan dapat menemukan dan mengangkut makanan ke area persiapan untuk pemanasan. Lalu robot akan mengangkut makanan hangat ke lift," ucap Berger.
![]() |
Galai atau galley (dapur) sering diabaikan oleh para penumpang. Konsep Berger dirancang berdasarkan permintaan Aircraft Interiors International, dan menunjukkan bahwa ada cara mengoptimalkan pesawat agar lebih efisien karena ada mesin pengecek boarding pass-nya.
BACA JUGA: Rahasia Tidurnya Pramugari yang Kamu Belum Tahu
Penting untuk dicatat bahwa ide Berger ini tidak berarti meniadakan peran pramugari. Justru sebaliknya akan mengotomatisasi pekerjaan utama pramugari dan membuat mereka melakukan tugas yang lebih bermakna.
Berger dan timnya telah bekerja dengan beberapa pramugari untuk mendiskusikan yang terbaik. Yakni untuk membantu menangani begi banyaknya tugas di ketinggian 40.000 kaki atau 12.192 meter.
"Saya pikir kami telah menuntut agar pramugari bertanggung jawab dalam banyak hal dengan sedikit bantuan. Jika kita dapat mengurangi beban mereka, mereka dapat fokus pada layanan konvensional dan berkomunikasi membantu penumpang," katanya.
Di luar ide itu, dalam penerbangan ada yang mengharap makanan ringan dan bantal, Berger berpikir bahwa loker memiliki kemampuan untuk mengubah cara orang makan di pesawat. Dia mencatat bahwa bandara dipenuhi dengan toko-toko mewah untuk menggoda pelancong agar membeli suvenir terakhir dan restoran mahal.
Loker ini juga diharap dapat menyediakan produk yang bisa dibeli di atas pesawat. Ia menyarankan ada mainan anak-anak ditambah barang bebas pajak seperti alkohol dan parfum, bahkan bisa memesan makanan halal sebelum terbang dan bisa dimasukkan ke loker tadi. (rdy/aff)
Komentar Terbanyak
Potret Sri Mulyani Healing di Kota Lama Usai Tak Jadi Menkeu
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Daftar Negara yang Menolak Israel, Tidak Mengakui Keberadaan dan Paspornya