Ada banyak sisi lain kehidupan pramugari yang traveler belum tahu. Bekerja sebagai awak kabin pasti memiliki pengalaman tersendiri. Jet lag adalah tantangan utama dalam kehidupan mereka.
detikTravel bersama rombongan media dari berbagai negara menyambangi Singapore Airlines Training Centre di Singapura , dari tanggal 15-16 November 2018 lalu. Pramugari Singapore Airlines dari Indonesia, Rany Razia membagikan pengalamannya selama ini menjadi awak kabin dengan jam kerja yang tak beraturan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, seorang pramugari harus pandai mengatur waktu tidur sesuai zona waktu di destinasi tujuan. Rany menyebut bahwa dia selalu mengatur jam tidurnya selepas bepergian sebagai awak kabin. Hal ini amat penting untuk menjaga daya tahan tubuhnya.
"Setelah penerbangan itu biasanya saya mengatur jam tidur kembali. Saya mencocokkan jam istirahat di Singapura dengan di London misalnya," kata dia.
"Tapi habis itu beberapa bulan sudah oke," imbuh dia.
Rany adalah satu dari 500 pramugari Singapore Airlines dari Indonesia. Sudah sepuluh tahun ia bekerja di Singapore Airlines dengan awal melamar hanya iseng-iseng saja.
Tergolong senior menjadi pramugari, Rany kini tak banyak melakukan pelayanan di dalam kabin. Dalam sebulan ia hanya terbang sebanyak empat kali, jika perjalanannya ekstra jauh.
"Satu minggu sekali saja, karena terbang jauh pas peluncuran rute Singapura-New York, AS. Kalau ikut panjang-panjang cuma 4 kali sebulan," pungkas dia.
Masih banyak pengalaman detikTravel mengunjungi SIA Training Centre. Tunggu di artikel selanjutnya ya. (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol