Pemerintah Kota Amsterdam berencana merombak kawasan Red Light District. Ada beberapa opsi yang akan dilakukan, seperti menutup etalase kaca tempat pekerja seks menjajakan diri hingga memindahkan lokasi prostitusi tersebut.
BACA JUGA: Amsterdam, Kota Dosa yang Mau Berubah
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan dari pemerintah Kota Amsterdam yang digawangi Femke Halsema sebagai walikota wanita pertama, adalah untuk memberikan dan melindungi hak-hak pekerja seks di Red Light District, destinasi khusus dewasa di Belanda. Lantas, apa komentar para pekerja seksnya sendiri?
"Kalau etalase ditutup, berarti harus ada tempat khusus bagi kami. Nanti berarti, ada aturan lagi atau pemeriksaan dan lain sebagainya yang bisa jadi membuat pelanggan tidak berminat," kata salah seorang pekerja seks di sana, Foxxy Angel, bukan nama sebenarnya, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (9/7/2019)
Foxxy lebih suka dengan etalase kaca. Menurutnya, lebih mudah melakukan komunikasi dengan pelanggan.
Etalase kaca dengan warna merah, tempat pekerja seks menjajakan diri (Reuters) Foto: undefined |
Namun Foxxy mengakui, sikap turis yang datang ke Red Light District makin lama makin tidak menyenangkan. Mereka tidak menghargai para pekerja seks, yang juga melecehkan dalam bentuk verbal.
BACA JUGA: Pekerja Seks Red Light District Amsterdam Sudah Muak dengan Turis
'The Future of Window Prostitution in Amsterdam', adalah rancangan yang disiapkan Pemerintah Kota Amsterdam bagi Red Light District. Namun tentu, pihak pemerintah kotanya akan berdiskusi terlebih dulu dengan orang-orang di Red Light Distrcit agar mencapai kesepakatan yang disetujui bersama.
(aff/fay)












































Etalase kaca dengan warna merah, tempat pekerja seks menjajakan diri (Reuters) Foto: undefined
Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi