"Praktiknya mereka begini, pertama masing-masing WNA ini sudah punya tempat. Jadi kalau yang di Nusa Dua dia malam ke Bali Collection cari tamu Rusia dengan mengajak minum. Kalau di Kuta, Legian, Seminyak itu spot center mereka mencari tamu. Kalau sesama Rusia itu agak cepet komunikasinya, jadi pola-pola seperti itu dilakukan untuk menjual tur ke wisatawan," kata Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali Nyoman Nuarta ketika dihubungi via telepon, Jumat (12/7/2019).
Nuarta mengatakan keberadaan guide ilegal ini semakin marak ketika para tamu asal Rusia ikut menjamur di Pulau Dewata. Dia mengatakan para guide ilegal itu mulanya banyak yang bekerja di travel agent sehingga beberapa di antaranya sudah punya pengalaman.
"Dari dulu sudah ada, cuma modus operandinya berbeda. WNA Rusia itu kebanyakan bekerja di travel agent, karena modus operandi seperti itu gampang terdeteksi, akhir-akhir ini dia berubah, dia melakukan pemanduan secara pribadi-pribadi," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dia menambahkan para guide ilegal ini diduga merupakan pelarian dari Thailand. Di Negeri Gajah Putih itu para guide ilegal asal Rusia sudah masuk daftar hitam.
"Jadi para pelaku guide ilegal sejatinya yang sudah terdeportasi di Thailand, karena law enforcementnya ketat dan tegas kalau dia kembali ke negaranya dianggap kriminalis. Salah satunya dia memilih negara ASEAN, Bali, karena dianggap penegakan lemah, masih ada oknumnya yang bisa disuap," urainya.
BACA JUGA: Guide Ilegal Rusia Bikin Resah Pemandu Wisata Lokal Bali
Dia menambahkan praktik guide ilegal Rusia ini berbeda dengan Tiongkok. Jika guide ilegal Tiongkok memanfaatkan aplikasi Wechat para guide Rusia ilegal ini dengan cara konvensional.
"Dia nggak punya (aplikasi), konvensional. Ini memang orang yang pinter dan bermainnya konvensional tapi diketahui basisnya Rusia," tutur Nuarta.
Dari hasil pemantauan anggota HPI divisi tamu Rusia, ada belasan guide ilegal yang beroperasi di Bali. Namun, belakangan ini mereka mulai jarang terlihat di beberapa tempat wisata karena tahu ada rencana penertiban.
"Kemarin hitungan kita intai 15 guide ilegal. Tanggal 4 Juli Satpol PP meminta saya dan anggota guide Rusia, karena tempatnya berpindah-pindah ini, kemarin kita menurunkan 30 orang ada yang ke Lovina sama sekali nggak ketemu kita jagain betul dari pagi sampai sore nggak ada," tuturnya.
"Itu catatan dari tiyang (saya) apakah ketakutan, atau dia sedang rest, masih gencar-gencarnya melakukan penertiban dia takut," tutup Nuarta.
(sna/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum