Setiap tahun, event-event wisata unggulan di Indonesia dikurasi dan dikumpulkan menjadi Calender of Event (CoE). Untuk menghasilkan event wisata yang menarik bagi wisatawan, acara Coaching Clinic pun digelar agar para stakeholder di daerah bisa menggelar event yang berkualitas.
"Ini sudah 3 kali kita adakan. Dari 2017 sudah mulai kita kurasi. Tahun lalu sudah kita lakukan juga, tapi sifatnya lebih umum. Tapi tahun ini, kita lebih spesifik, lebih teknis lagi. Kita harus secara profesional dalam melaksanakan kegiatan," ujar Esthy Reko Astuti, Tenaga Ahli Menteri Bidang Management Calendar Of Events Kemenpar di Sparks Luxe Hotel, Jakarta, Rabu (17/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun tak henti mengingatkan agar event wisata yang masuk ke Calender of Event (CoE) harus memenuhi kriteria 3C, yaitu harus punya commersial value, cultural value dan terakhir, communication (media) value.
"Kriterianya sudah disebutkan, event itu harus punya Cultural Value. Itu jagonya para kurator di sini memilih event mana yang punya nilai kebudayaan kuat. Koreografinya harus level nasional, aransemen level nasional, desainer level nasional. Panggung yang lebar itu harus dimanfaatkan dengan bagus," tegas Arief di lokasi acara.
![]() |
Selain itu, suatu event wisata juga harus punya Commersial Value alias punya nilai komersil agar bisa 'dijual' ke wisatawan. Karena dengan menggelar suatu event, kita berharap ada wisatawan yang datang untuk melihat event tersebut. Ketika ada wisatawan datang, maka akan ada perputaran uang yang masuk di daerah tersebut.
"Kita bikin event itu bukan buat kita sendiri, tapi untuk ditonton orang lain. Apa nggak boleh bikin event buat ditonton sendiri? Boleh, tapi itu namanya bukan pariwisata. Pariwisata itu kalau ada uang yang masuk ke kita," imbuh Arief.
BACA JUGA: Menyusun Pedoman Wisata Halal di Indonesia
Terakhir, untuk Communication atau Media Value, Arief meminta agar proporsi anggaran tidak dihabiskan semua untuk penyelenggaraan event, tetapi juga untuk promosi. Kalau bisa jauh hari sebelum event digelar, promosinya harus lebih gencar.
"Anggaran paling besar itu ditaruhnya jangan pas di eventnya. Itu salah. Yang benar itu 50 persen ditaruh di pra event, woro-woronya harus lebih besar daripada eventnya. Contoh, kalau nonton tinju itu kan ramainya sebelum event. Justru serunya itu ngomentarin Mike Tyson sebelum tinju," tutup Arief.
Dalam acara Coaching Clinic ini dihadirkan narasumber yang sangat berpengalaman di bidangnya, antara lain Denny Malik untuk koreografi, Danny "Ceper" Noeranto di bidang stage and show director, Dewi Gontha di bidang konser musik, Jamaludin Mahmood di bidang sport tourism, dan Intan Ayundavira di bidang fashion designer.
(wsw/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia