Serunya Tradisi Tangkap Ikan Ngagurah Dano di Serang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Serunya Tradisi Tangkap Ikan Ngagurah Dano di Serang

Nurcholis Ma'arif - detikTravel
Senin, 29 Jul 2019 13:47 WIB
Foto: Pemkab Serang
Jakarta - Ratusan masyarakat tumpah ruah turun ke sungai untuk menangkap ikan pada acara Ngagurah Dano di Desa Rancasanggal, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang.

Kegiatan ini merupakan rangkaian Anyer Krakatau Culture Festival yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang berupa tradisi menangkap ikan di aliran Rawa Dano.

"Ngagurah Dano merupakan tradisi dari kearifan lokal yang harus kita jaga dan pertahankan sehingga menjadi agenda tahunan Pemkab Serang," ucap Wakil Bupati Serang Pandji Tirtayasa dalam keterangan tertulis, Senin (29/7/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pandji mengatakan bahwa tradisi Ngagurah Dano pertama kali digelar Pemkab Serang pada tahun 2018 dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat yang berada di aliran Sungai Cidano, yaitu di perbatasan Desa Rancasanggal, Kecamatan Padarincang dan Desa Cikolelet, Kecamatan Cinangka.

Menurutnya, Ngagurah Dano merupakan tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang masyarakat aliran Sungai Cidano.

Dengan menggunakan alat tangkap ikan tradisional seperti tadah, jala, ganco, sair, dan sambet, warga turun ke sungai untuk menangkap ikan. Menurut Pandji, Pemkab Serang juga ikut menebar sekitar 1 ton ikan untuk membuat acara semakin meriah. Pada kegiatan tersebut, digelar pula membakar ikan bersama.

"Filosofi Ngagurah Dano adalah kebersamaan, kesabaran, dan sikap arif terhadap alam. Warga bersama-sama mengambil ikan untuk kebutuhan konsumsi pada saat itu, dimakan bersama-sama dan selebihnya dibawa pulang untuk keluarga," kata Pandji.


Kepala Desa Cikolelet Ojat Darojat mengatakan Ngagurah Dano biasanya digelar pada kurun waktu Juli atau Agustus, tepatnya pada puncak kemarau. Adapun ikan yang didapat seperti ikan gabus tawes, ikan mas, nila, nilem, lele, udang, dan beunteur. Menurutnya, tradisi ini untuk di Banten hanya dilaksanakan di Kabupaten Serang.

"Saya berharap pemerintah menangkap potensi ini sebagai kearifan lokal sekaligus potensi pengembangan pariwisata daerah," ujar Ojat.


(mul/mpr)

Hide Ads